Labirin


Lukisan karya Budiyonaf : diunduh melalui mesin google

Labirin

Kekasih, aku sansai
Saat terpisah
Denganmu
Cahaya bulan melukis; adalah rinduku
Memenggal kematian

Di samudra luas
Bukan salah ombak bergulung
Pecah karang
Awan gelap
Camar terbang berputar-putar

Menelisik jejak menuju dermaga
Mata bukan satu-satunya pemandu
Ketenangan jiwalah bahtera
Menjaga utuh keyakinan
Menentukan arah angin
Menempatkan atma; dukabahagia

Di tubir cinta
Keyakinan serupa genderang perang
Membakar jiwa-jiwa penembang asmara

Aku
Sepenuh harap…


_____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 29 Des 2009

atma : jiwa; nyawa; (Hin) roh: akhirnya -- Lubdhaka, setelah hari kematiannya, bisa masuk surga

tubir: tebing (jurang dsb) yg curam; tepi sesuatu yg dalam (spt tepi jurang, tepi kawah, tepi sungai); tempat yg dekat sekali dng tepi sesuatu yg dalam (spt tepi jurang); tempat yg dalam sekali (di laut dsb); ki keadaan yg hampir pd sesuatu yg sangat berbahaya (mati dsb)

sansai : banyak derita; sengsara; sedih sekali

labirin: tempat yg penuh dng jalan dan lorong yg berliku-liku dan simpang siur; sesuatu yg sangat rumit dan berbelit-belit (tt susunan, aturan, dsb)

Simpang Jalan



gambar diunduh https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4Esz8AHOT5QJ2b3HnASVOPa1MrrB8UoMv8_82pmK8QDa6kThMGqd2NBotcRURDblQI3b_DplorXOjMs1H36WLvdDNw0nbJ53O3V4g3QN-_gJmM8BH9TqLka5P5Za7cT6EymBYr8tXAGJw/s320/LUKISAN+AIRMATA+AWAN.jpg
Simpang Jalan

Lelaki paroh baya itu masih bersimpuh di bawah pohon rindang, didekap erat di pangkuannya kantong kulit yang tidak terisi penuh anggur. Beberapa kali kepala mendongak keatas, menatap burung bertengger di ranting pohon yang tengah asyik berkicau.

Seakan ingin melepas segala beban yang tengah menindih otaknya, Lelaki paroh baya sandarkan tubuh pada batang pohon yang semenjak tadi hanya diam membisu. Ia, lelaki paroh baya itu, menghela nafas dalam-dalam.

Adalah angin tengah mencumbu dedaunan hijau,membawa pandangan lelaki tersebut pada anggur yang terlihat rimbun menggiurkan di seberang pematang sungai yang tidak begitu lebar. Anggur dengan sari-sari manis yang selama ini sangat diharap anak istrinya di rumah. Anggur yang menjadi mitos raja-raja romawi sebagai simbul kemenangan dan kemewahan, simbul dari segala symbol kemakmuran.

Masih dengan tubuh bersandar pada pohon,tangan kanannya mengambil secarik kertas dari dalam kantong pakian,oh,tersurat berita ; buah hati memanggil merindu sakit.

“Wahai Tangan Tak Berujud… kenapa ini kau timpakan padaku? Bukankah selama ini aku sudah banyak melakukan kebaikan…?! Kesah lelaki separuh baya datar.

Tiba-tiba, gelegar suara tak berujud mengkoyak langit jiwa.

“…. Kebajikan apa hingga Aku tidak harus timpakan ini padamu?!”

“A(a)ku bangun puluhan tempat ibadat, A(a)ku nafkahi para fakir, A(a)ku cukupi kebutuhan anak istriku,dan A(a)ku ceramahi pengikutku tentang kebajikan,” katanya lirih hampir tidak terdengar telinga,dan seperti itulah ia (aku) tanpa A yang sebenarnya

“Hai manusia….Itukah yang kamu katakan kebajikan….. Lalu dirimu meratap dengan bahasa halusmu agar dipuji, bahkan dengan tangismu yang tiada berurai air mata, kau berharap semuanya menjadi mudah sesuai dengan kehendakmu. Apakah dengan begitu dirimu baru mau mengatakan bahwa Tuhan dari segala Tuhannya manusia adalah dzat yang maha adil…?! Sedangkan dirimu merasa agung dengan baju riya’-mu !“ keras membentak suara tanpa ujud di gendang telinga batin.

Lelaki paruh baya itu masih bersandar lemas, secarik kertas di tanganya,jatuh tepat di antara dua kaki, dan alam pun kembali membisik seperti panasnya api atau mungkin malah seperti bekunya air di musim dingin, hingga tak sadar surya tenggelam berganti malam, dan di sana, gelap malam tanpa desiran angin, kecuali suara-suara para musafir dari Barat dan Timur yang tawar menawar tanya hati lelaki kembara jiwa itu.

“hal apa yang kamu anggap paling utama?!”
Hati lelaki paroh baya tanpa ragu berucap ; Nafas-ku!”
“lalu apa lagi yang kamu anggap paling utama?!”
“Mihrab-ku!”
“Masih adakah selain yang kau sebut tadi?!”
“Anak-ku lalu istriku!”
“Kenapa bukan istrimu dulu,baru anakmu?!”

Hening....

Dingin malam mulai terasa mencocok ngilu tulang.
Desah berat nafas kembali memecah.

“Karena anak-ku adalah amanat Tuhan-ku, dan mereka nanti yang akan meneruskan ajaran sunah rassul,setelah aku dan istriku tiada,”
“Apakah kamu yakin akan istrimu ikhlas bila mengetahui akan hal ini?!”
“aku yakin, seikhlas istriku mengandung 9 bulan 10 hari,bahkan kerelaan dia akan nyawanya demi kelahiran anak-ku dan istri-ku,”
“Apa tidak ada hal lain yang membuatmu ragu saat ini?!”
“Ada”
“Apa itu?”
“Harta…”
“Hanya itu?"
"sahwat..."
"Hanya itu?"
“O, suara tanpa ujud, kenapa kau lempar padaku pertayaan yang terdengar laksana Guntur di keramaian?”.

Tersentak,lelaki tersebut pergi sambil menenteng kantong kulitnya yang
tidak penuh berisi anggur.

Entah mau dibawa kemana jiwanya yang kini tengah dibakar cinta.


______________________________________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 3 juli 2006/rev.14 Feb 2009

kaukah yang menetak rasa itu?



gambar diunduh http://i49.tinypic.com/9jgop1.jpg

kaukah yang menetak rasa itu?

pada ketidaksetiaan usia
kebahagiaan adakalanya membuat orang jauh dengan Tuhannya
sedang kebahagiaan itu tak lebih seperti buih
diayun gelombang ke tepi pantai lalu lesap


dan seperti itulah Kau gambarkan pada kami
tentang sepupu musa yang sholeh
lalu karena manisnya kebahagiaan pikiran
justru dia ditelan celaka!

O, Kaukah itu yang tak pernah pejam?

saat kebahagiaan-kebahagiaan pikiran
kutetak sampai serpih
serupa benih
di punggung-punggung ketidakberdayaan
kutabur; angin barat desau
serupa suara rintih harut dan marut
yang sayapnya patah di bulu lentik Zahra

dan hanya mereka yang sabar,tawakal
iman meremah indah
mestika dari ketidakberdayaan

sujud : bertasbih
memuji Tuhannya


______________________________________…
@ Imron Tohari _ lifespirit 25 Desember 2009

Saat Aku Bertanya Tentang Aku


gambar diunduh https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhniv3SioDOOShtNMFHgABijNNmlOCVa_mqIzR2uPYhmrjURgFPc6sw_EMbiLlJMG9-TSD1WHTiOdIRilfgU0BBpyT3GeE48tybGIdWqSpQOKLEvhaPkHqT3FBqBMhrM_QkZBGnTL_ZkmM/s200/padang+pasir.JPG

Siapa aku
Berdiri kaku di kubah bumi
Mencari ...
Terus mencari ...

Dan ketika aku lihat bulan…
Apa itu bulan?
Aku hanya temukan setitik jawab;
Tak lebih dari pengetahuanku tentang diriku,

Bahkan saat aku lihat matahari memancar...
Apa itu matahari?
Lagilagi aku hanya temukan setitik jawab;
Tak lebih dari pengetahuanku tentang diriku

: Tentang aku manusia
Rasa ingin tahuku
Keagungan akalku
Lemahnya nafsu dan imanku

Ingin kurobek langit
Lalu ku longokan kepala
Agar aku tahu isi segala; juga mengenai takdirku
Bahkan lebih jauh lagi
Agar aku tahu
;persepsi manusia tentang manusia
antara ada dan tiada batasan-batasanNya

aku
: Tak lebih dari seserpih debu di rimba fana!

_____________________________________________
@Imron Tohari_ lifespirit,14108.201008.rev131209

ILALANG


sumber gambar googling

ILALANG


Bersembunyi keajaiban di ilalang diam; pasrah
Tiada bening getah menawarkan apapun juga
Kecuali sayatan tajam ilalang pada degup makna
Hingga darah pecinta mengucur: hikmah

Duka;lara,suka;cita,menjelma berlaksa aksara
Saat ilalang menjadi roh bait pujangga
Ah…, makan ilalang itu, bila semanis nira, berarti sajak surga

Ilalang adalah ilalang, angin itu pejalan alam,mematik nada
Jadi jangan berharap desau membuat ilalang bersiul
Kecuali,ambil ilalang itu, biar gemetar bibir menyiul sesal
Bila tidak sumbang,pertanda terang meniadakan gelap samsara

Sudah! berhenti berkata-kata
Bakar ilalangilalang itu,bila masih tersimpan gulana
Pantaskah berkata-kata iklas tinggalkan fana?
________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit,21409/rev/61209

Panggilan Padang

gambar diunduh http://dalmuji.files.wordpress.com


Panggilan Padang

saat matahari tertelan angkara
di puncak gunung para dewa
halilintar menyambar
mengkoyak langit

di altar api
atma suci tercabik
berlaksa ketakutan tunduk mengkerak
airmata berharap berkah roh suci
menyeru titisan ksatria dewata
melebur pada jiwa-jiwa sujati

duhai wahai engkau para ksatria
tombak api hati genggamlah
kibarkan panjipanji kebenaran
agar nyanyian dewa
kembali bergema

_____________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 010108/rev/11209

Air Mata Bulan


Gambar pendukung diunduh http://media.photobucket.com/image/airmata%20diatas%20sajadah/kuliwarnet/Private/ResizeofResizeofResizeoffoto1.jpg

Air Mata Bulan

#1

Pada pencarian Tuhan
Roh; halnya jiwa
Seperti angin
Membebaskan diri melewati lekuk
lembahlembah
Palungpalung
Bukitbukit
melafalkan ritual sunyi

Oo,duka,o
Setubuhi kedukaan

Oo,sepi,o
Setubuhi kesepian

Oo, sendiri,o
Setubuhi kesendirian


#2

Adakah Tuhan itu?

Hasrat berkehendak
Memberi kesakitan-kesakitan pikiran
Menjadikan kegilaan
Azab
Petunjuk adanya hakikat

Keingintahuan tentang Tuhan
Menjadikan nafas terbawa sunyi
Menata piala-piala cinta


#3

Dari Timur sampai Barat
Matahari membakar hati pecinta
Menetes air mata bulan
Cahaya jatuh di atap mihrab
Mencumbu lidah api kesepian
Mencecap lidah air kedukaan
Mengunyah lidah angin kesendirian

Pencarian Tuhan itu…
Pelukis yang tibatiba kuasnya terhenti di kanvas
Tak! bisa melukis Tuhan
Kecuali mabuk anggur dan berkata-kata

“ Lukisan,
adanya seniman,
tidakkah itu cukup pertanda,
adanya Tuhan?”



Imron Tohari ( ID : lifespirit, Mataram /rev/9/27/1109 )

MEMANAH BULAN




Gambar diunduh http://lh4.ggpht.com/_j7xmdpSBFF4/SeizuWbKhyI/AAAAAAAAHnw/8xTG34pZo6g/s576/photo_wajah_12_2008__13-44-18_500x250.jpg

MEMANAH BULAN

#1

Dalam secarut rindu
Selalu ada namamu
menggetarkan seluruh isi kepala
Membuat otak dan selaput lain mengembara
ke alam nirwana
Menyapukan segenap resah
dalam lekuk pikiran
menyita Ragaku
ketika kau diam
bisu
di balik matahari…

#2

sejauh kau layar rindu dalam arung kata
aku masih di sini
menatap dinding-dinding kenang
kusentuh seluruh

butir-butir airmata nestapa
kuabadikan pada nyanyian embun
tentang jejakjejak rindu

o, segala manikam
rasa
menggurat senja
dengan air mata
sukma menyatu
di bingkai bianglala

mestikah kau meragu setia?

dalam diam-ku
sering kutatap
: langit masih biru
bulan jatuh di kerling matamu


_________________________________________________________________
@ Nona Muhtar _ Imron Tohari ( Sajak bersulang), 24 November 2009

“Tersenyum” Sajak Terhebat Di Imajinasiku



Gambar disunting http://inilah.com/data/berita/foto/176899.jpg



lukisan diunduh http:http://media.vivanews.com/images/2009/11/05/79208_anggodo_widjodjo_dimintai_keterangan_oleh_tpf.jpg



di acara-acara TV
para birokrat;politisi;penegak hukum
tersenyum
sibuk memperbaiki citra diri

di depan TV
orang-orang sibuk gonta-ganti chanel
tersenyum
Masalah Negara jadi komoditi Iklan

di acara-acara TV
pemburu berita
tersenyum
tidak sadar Negara dan Bangsa digadai; terancam mati suri

di depan TV
api mataku menjilat seluruh
tersenyum
wajahwajah serupa jalang; umpatan yang pantas untuk para pejabat korup
berlomba mengunyah kemaluannya sendiri

________________________________________________
@ Imron Tohari_lifespirit, 20 November 2009
Terinspirasi : tersenyum lalu kembali lagi ke tempat duduk semula hehe _ Hudan Hidayat

KULTUM


gambar diunduh http://gallery.photo.net/photo/144827-md.jpg

Kultum

merapat tubuh, gelar sajadah
makin merapat kencang laju goda

O!
kutatap mihrab
masih kiblat!
sekalipun!
kencang godaan menghantam
sekalipun!
onak semakin belukar
jangan biarkan angin membisik
sebab angin tak punya hati
dari barat dia ke timur, dari timur dia ke barat
masihkah kau terbuai kerling angin

sajadah,sajadah,sajadah selalu merebah
tercium wangi diantara dua alis
o, kekasih

mihrab aku
; tetap kiblat muhammad.

______________________________________________
@ Ilan & lifespirit, 18 November 2009

MUARA RASA



Visual gambar diunduh http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/87/William_Blake_Kain_dan_Habel.jpg/300px-William_Blake_Kain_dan_Habel.jpg
MUARA RASA

Pada hujan, kubiarkan roh-ku berbasah basah menyusuri rimba belantara jiwa.
Segala pandang, yang kulihat bunga-bunga mawar merekah, kelopak indahnya tersenyum saat aroma wangi bunga terbawa bayu.

Lembut kusentuh benang sarinya; sambil bertanya gerangan apa yang dia rasa tentang cinta.
Hujan kian deras, butir-butir air menerpa tubuh mawar, melayuk ; seakan berkidung

“Aku ingin mencinta!, dengan cinta akan kuberikan wangi pada kupu,kumbang,dan kubiarkan angin mencium segenap rasa, lalu memyebarkan wangi pada manusia.

Aku tidak mau dicinta!, kala senyum rekah, atas nama cinta manusia memetikku, menciumku sebelum akhirnya menaruh tubuhku pada vas penuh tirta, namun tidakkah dia tahu, atas nama cinta, esok aku layu, dan mati.

Ya! Wahai roh yang mengembara!
Aku tidak ingin dicinta, kecuali mencinta!
Selayaknya purnama memberi cahaya pada malam”


Roh jiwaku terus berjalan, sampai pada suatu tempat, kudapati tanah yang subur, tapi di sana tidak aku lihat banyak pohon dan satwa yang menemani, kecuali bekas-bekas galian dibiarkan lubang menggangga. Lalu kutanya tanah tersebut, gerangan apa yang dia rasa tentang cinta?.
Tanah galian yang ku tatap seakan teriak;

“ Lihat aku! Lihat aku!
Aku tidak mau mencinta!, lebih baik dicinta!, betapa seluruh tubuhku terkoyak oleh ulah manusia, sedangkan banyak sudah kasih kuberikan padanya, tapi mereka hanya mau menikmati kekayaanku saja, bahkan saat kini langit menangis,gunung bersendawa,dan angin merajuk, aku tidak bisa lagi menenangkannya.
Lupakah mereka akan kasihku, hingga tiada,pun, aku masih setia memeluk jasad kakunya.

Lihat aku! Lihat aku!
Aku ingin dicinta!, selayaknya air yang terkumpul di lembar daun seroja”


Tiba-tiba roh jiwaku serasa terbetot ke lubang yang teramat dalam. Lubang yang aku sendiri tak tahu batas akhirnya. Sampai saat kesadaran jiwaku itu kembali, pun aku masih belum menemukan jawab ; sebenarnya mencinta atau dicinta yang diperlukan dalam hidup ini?

“Sedang mencinta atau dicinta
muara dari rasa.”



_______________________________________
@ Imron Tohari,lifespirit 11.1.09/rev.17.11.09
masukan revisi pada karya ini by “Iruw Harden”

Di Ruang Redup



Visual gambar diunduh http://1.bp.blogspot.com/_1m_vKKazA2Y/Sa9aueFKPMI/AAAAAAAADS8/sryY1-WO8ko/s400/sepi.jpg

Di Ruang Redup

sepikan diri di sebalik cahaya temaram; kulihat kau duduk di lantai
kening dan tangan bercerita tentang embun
embun yang katamu meniadakan dedaunan dari layu
embun yang katamu rela dirinya ditangkup sunyi
embun yang katamu setiap pagi memberi senyum mentari

benarkah seperti itu?

Sebalik sepi
temaram cahaya
diammu
bicara

“bukan embun seperti itu yang ingin ku ceritakan…”

____________________________________________________
@ Imron Tohari_lifespirit 16 November 2009

Kaukah itu, yang menantiku?


Visual diunduh dari http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2009/08/20/article-1207876-061E5912000005DC-413_468x416.jpg

Kaukah itu yang menantiku?

di alir sungai
kau larung kelopak-kelopak bunga mawar
Saat kau kutanya: kenapa itu kau lakukan
kau tertawa, dan
pipimu memerah ; saat kau berkata

"bunga mawar ini memberi harumnya padaku
dan ku ingin bunga mawar ini
membagi harum pada seseorang yang berdiri menanti
di ujung sungai"


______________________________________________
@ Imron Tohari_lifespirit 16 November 2009

TUDUNG BULAN


Visual gambar http://www.galeri-nasional.or.id/galeri-nasional/data/upimages/Sudjana_Kerton.gif

TUDUNG BULAN

#1

Cium aku: Kekasih
Sebentar saja
Sebelum terbakar
Juntai rambut
Luruh
Menunduk
Kosong
Tangan meraba
Tanah-tanah roh
Memecah
Mencekik leher


#2

Cium aku: Kekasih
Sebentar saja
Sebelum airmata kering
Sisa bulan
Bertudung
_____________________________________
@Imron Tohari, lifespirit 13 November 2009

SANGKA(KALA)


Gambar diunduh :http://media.photobucket.com/image/kapal%20layar%20di%20tengah%20samudra/modernprimate/Ghost-Ship.jpg

SANGKA(KALA)


Pada lembar-lembar sejarah,
Bintang
Leluhur memberi arah berlayar
Laut
Ibu, di sana ikan berloncatan kearah sampan nelayan, dan
Pada tetesan peluh bapakku
Matahari membakar legam kulit
Membaptis peluh bapak menjadi Elang.

Padapada lembah, gunung, hutan
Pekik Elang laksana kidung para ksatria
Beriring samudra mengawan beku
Rinai manikam menguntai khatulistiwa.

Aku
Titisan lembar-lembar sejarah
Meringkuk, melayuk
Pada layar putih
Durjana meraja
Bersulang…!

Di batas kemiringan mayapada
Sayap-sayap patah
Pekik Elang parau tertelan tangis
Hutan,lembah,gunung; menyumpah serapah
Kegelapan
Tak ada terang pada mata(hari)
Jasad-jasad berserak
Terbujur kaku terkubur Air mata

Pedih!

Deras sangka(kala)
Terbelah
Tujuh gugusan angkasa
Tergenangi
Tujuh quantum lapisan bumi
Terkoyak
Empat penjuru mata angin kedamaian

Jiwa-jiwa bahari
Aku
Berontak
Aku
Meradang

“Pada lembar-lembar sejarah
Bila jantung berdegup
Lembar-lembar sejarah
Esok,”


______________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 9.1.09/rev/10.11.09

HAKIKAT

lukisan http://agesvisual.files.wordpress.com/2007/09/alit-ambara.jpg



Hakikat


“Lukisan adanya seniman
Seperti juga alam, semesta
Iakah cukup sebagai penanda
Tuhan?”



Hasrat berkehendak
Memberi kesakitan-
Kesakitan pikiran
Dan kegilaan
Adanya azab
Petunjuk akan hakikat

Adakah Tuhan itu?

Keingintahuan tentang Tuhan
Menjadikan nafas terbawa sunyi
Menata piala-piala cinta

Pada pencarian
Roh dan jiwa itu angin
Membebaskan diri melewati lekuk
Lembah-lembah
Palung-palung
Bukit-bukit
Melafalkan ritual sunyi

Oo,duka,o
Setubuhi kedukaan

Oo,sepi,o
Setubuhi kesepian

Oo, sendiri,o
Setubuhi kesendirian hingga

Cahaya di atas mihrab



_________________________________________________________________
Imron Tohari ( ID : lifespirit, Mataram 9.11.09/rev 18 Mei 2011 )

Menggegar Rasa



Lukisan diunduh : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVHOtL__g5lHPgRPn0Pz9RmC8yDd6QMBMYgPZL5gYDWPjW3PnUd6aT4s6awQge9lXrwXb1yQC1O4dsoHJcmeaQNA23jo7opiSQ1dMDkbbxW-XWKrOi2vqwUtaZhim-xROwBu7bLOiacb0/s400/Cretaive-body-painting-08.jpg

Menggegar Rasa
:/Dewi Maharani “SAJAK SEBUAH HATI”

Pada hati pernah kuberjanji tidak akan meninggalkanmu pergi, untuk itu sebagian jiwaku masih terpasung;tertinggal dalam cerita yang mengikat jiwa-jiwa kita menyatu dengan segala air mata mengalir ; melaju, lalu merinai seperti tangisan langit menyentuh benih-benih tanah berharap kembali merekah.

Kini saat aku tak lagi memelukmu, ijinkan jiwamu ku ajak membenam di relung-relung hati, dan biarkan telinga-telinga jiwa mendengar degup lembut yang didetakkan air mata doa, selayaknya embun bermanja di selembar daun,atau bahkan seperti angin yang memberi pertanda nelayan berlayar, dan pada saat bibir-bibir retak saling melumat, akan kukata : Larung pedihmu, karena bukan embun yang bermanja di selembar daun, bukan pula angin yang memberi pertanda pada nelayan, kecuali kau telah mentasbihkan “luka” bagian dari permainan rasa.

Bila belum cukup, biar kulepas dua telinga,lalu kurekat menyatu agar bisa kubenamkan seluruh pada jantung merah, dan kita dengarkan denting dawai dari aliran darah amis yang kau kata itu.

"Tidakkah kau rasa,
air mata berserak,
berharap menyatu"

______________________________________________
@ Imron Tohari, Mataram, 7.4.09/rev.6.11.09

menggegar v 1 berguncang; bergoyang

Tembang Swargaloka




Diunduh https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1sUKUgwQZ_mQiT5d1Vdj81l_PSYm3TZesIL55vNYlhPD1C2nU1a1sgsRGbQT_pq3DBrp46AJu1b8_z0uYGLt_oKCbe7NFunbifmlrI9kKOpjF_j6_mullGthbUapHBcjN4EIlGnfybYvo/s700/bidadari.jpg

Tembang Swargaloka

Membentang Zamrud katulistiwa
Alun mengalun bayu seirama
Kilau jingga memancar, senja
Memanggil periperi menembang asmara

Lihat, atas nama cinta
Dewa Dewi swargaloka
Berputar;menari seirama
Alunan syair asmaradahana

Puja puja memayungi altar
Merah api menjilat, membakar
Jiwajiwa kasmaran melaung kala
Memindai arti memeta jiwa

Asmara, o, rindu mendera
Bibir kelu kata membeku
Di senjakala tunggu tak jemu
Inikah cinta yang memburu

____________________________________________________
Yuni”Bibi cantik” C Bontot,8 June 2009 Editing by lifespirit 31109

SAMSARA II



Gambar disunting http://www.allpics4u.com/www/slike/misc/Abstract_3D_Graphics/Abstract_graphics1.jpg

SAMSARA II

Saat angin membisik
berjuntai tanya mengangkasa
berpusar;mendengung;mengusik jiwa
pecinta
tidakkah terdengar di sana
angin barat datang membawa berita
tersaji di kedai-kedai musafir cinta
berlaksa hasrat tertuang
di piala cinta
cinta adalah cinta
mengalir, menjerat, merejam, membuai segala…
pun diantara bilur-bilur kalbu
darah cinta itu liar; mencumbu raga

saat pecinta tersuluk asmara
jiwa-jiwa bagai segumpal kabut
alun mengalun lautan dzikir
di atas pusara
bila masih tersisa cinta melebihi kecintaanku atasNya
kan kupanah jatuh matahari hingga tepat membakar jantung
biar ku tahu azab keabadian

___________________________________________________________________
@ lifespirit 14 feb 2008 ( revisi : 25.10.09 )

SAMSARA I



gambar diunduh http://img11.imageshack.us/i/arenaln.jpg/

SAMSARA I

ihwal rasa
tatap sejoli bersanggit samsara
layuh melayuk di batas senja
merentak, asmara
menyulam, makna

di tanah basah
jejak-jejak kaki tertinggal
bukan cahaya bulan
pun
bederang suria

saat ku laung kala
yang ku butuhkan
sajaksajak pengantar kematian

aku ; kamu
Kelak !
______________________________________________________
@ lifespirit 24 Desember 2008 (on revisi 21 Maret 2009 )

Layuh ; lumpuh/sangat lemah/tidak bersinar,sayu
Melayuk ; meliuk ke kiri dan ke kanan
(Ber)sanggit ; berselisih/bersengketa/cekcok
samsara ; sengsara ; kelahiran kembali
Merentak ; menyentak/merenggut/menarik paksa >> di puisi ini sebagai simbolik ; berharap sangat !
Melaung ; meneriakan ; memanggil

RAJA



gambar https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj95eQOGSTwK-ByKTX1UgKQAAQghT5Pbt103DP3uVVOPO5ETjUYyp1WM0YgLb5q91GmqOdjJpPLLhZTRc3p09SvkiokPmMY1zTR06vNwuqogfK12p9vFvZ5m-RHAPtQc_hUFxCU5q3wvtg/s400/lukisan+marhaen.jpg


RAJA


aku bertanya pada raja negeri para lintah
: wahai yang duduk di singgasana emas,
di mana pijakkan kaki cahyamu

“tak perlu kau tanya tentang kaki cahaya
aku ini raja
negara itu rimba
rakyat tak lebih dari desau angin,
tunduk dalam takut”

: wahai yang duduk di singgasana emas
sanca membungkam aum harimau
berebut mengintip tahta
tak! aum membelah lembah,gunung, pun hutan belantara
di penghujung kalut
retak bumi mengajak air mata berjalan di keramaian

“denganku, tak perlu bersulang kata
aku ini raja,sabdaku itu hukum dan
perangkat pemerintahan adalah skak sterku”

: wahai yang duduk di singgasana emas
sangka(kala) tiba!
kau jelmakan apa nurani

"aku ini raja, skak mat itu kuasaku
adalah nurani cerita sinterklas untuk kawula cilik"


____________________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 23 Oct 2009/27 mart 2012

Rona kekasih di nyala lilin



gambar diunduh :http://id-id.facebook.com/profile/pic.php?uid=AAAAAQAQB_oWbuoN4h0veld0j2x7BgAAAA-iDZ4mnmDt0QzlNuhdBumy


Rona kekasih di nyala lilin

Aku, bukan matahari yang dipuja laksana Dewa
Kalau inginku mengurai rasa
Segala
Degup jantung itu

Ah, engkau kekasih

Nyala lilin berpendar
Diantara tatap-tatap mata
Tak hanya kecup
Tak hanya tawa
Tak juga sekedar tiup lilin
Segenap nadi
Memuja bahagia

Tidaktah kau dengar?

Dalam bebunyian surga
Airmata menitik
Detak waktu: Menyatu
Mengambil
Memendekkan
Simpulsimpul tautan hati

Oh Tuhan…
Di kening terkasih
Hangat airmata

: Bermunajat


__________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 15509r211009

PETAKA




P E T A K A

1#

Empat penjuru langit menyergap
Gunung-gunung runtuh menyukat bencana
pekik pilu menyayat rahang jiwa
Bukit bukit gemuruh menghempaskan diri
tak peduli
kau atau aku berkubur dalam air mata.

Tiga puluh empat sujudku berzikir
sebanyak baris, sebanyak titik
sebanyak sabda melepas busur petaka dari darah busuk.


2#

adatah ada kau dengar dengan telinga hati
retak tanah terbelah ribuan liter airmata, atau bahkan
jutaan liter airmata menenggelamkan kesombongan insan
bersama detak nadi, denyut tersendat
bertompang pada selang-selang ketidak berdayaan
jerit hiba bagai dentum meriam

Oh!

yaa Khalikah
yaa Khalikul alam

masihtah patut menyombongkan diri dihadapanMu?
dunia kian tua
ajal mengintip
mengajak bersetubuh!

harustah terbekap lena
sedang kerling indah kekasih duniawi, adanya fana …


3#

Kusibakan reruntuh hati yang melena dalam diam
gunung-gunung batu mencabikcabik sebidang tanah harapan
aku hanya sempat mengentaskan ketakutanku sendiri
sedang jerit berkepanjangan melepuh di urat-urat nadi
entah
kesekian ini
aku terpojok
terhimpit
tertikam belatiku sendiri
cerai burai rerotan mengikat rasa

Yaa Allah
Yaa Rabbi

ijinkan aku mencium sejenak sejengkal lelakuku yang mulai matisuri
agar saat hentakan terakhir tiba...
aku masih tersenyum


____________________________________________________________________________________
14 october 2009, Sajak bersulang : Teja “Kejora”Alhabd,Imron “lifespirit” Tohari,Ponco “Pena Api” Lou

Pada Kekasih




Pada Kekasih


SAAT roh jiwa menyatu pada penghambaan cinta, pernah kukata cinta ibarat ulat menggerogoti ranum apel, bermetamorfosis: menari-nari diantara bunga-bunga merekah di ladang-ladang cinta.
Dan penghambaan kekasih itu adanya airmata, menyulam seribu aksara tanpa kata, bercerita tentang kepedihan atau kegembiraan yang tiada terkata. Pada kesendirian, malam merenda gelap, menyairkan ilusi-ilusi cinta

Bulan o bulan, pada tubuh malam ku lumat hangat bibir kekasih, ku dapati cinta itu ibarat keterasingan, saat diri lebur di piala asmara, sifat-sifat yang dahulu tidak ku kenal, menyeruak bagaikan tetamu asing hantarkan pernak-pernik indahnya rasa, padapada cinta, ibarat luasnya jiwa, saat jiwajiwa meneguk madu asmara, tak ada beda siang dan malam, kecuali saat degup jantung laksana genderang perang, disana muaranya rasa, jika itu kau tanyakan pada api, warna saga akan melukis jantungmu

: akulah jiwa dari rohku, yang akan menghangatkan dikala musim dingin membekukan darahmu, juga akan membakar abu kala kemarau hati letikkan api cemburu.

Lalu kau biarkan airmata kerinduan itu telimpuh, mengadu pada air yang mengairi ladang-ladang nestapa

: akulah yang akan menghanyutkan kedukaan, seperti halnya aku menghanyutkan Musa kecil dari kejaran pecinta-pecinta firaun, tapi juga akan menenggelamkanmu saat kau taburkan benih-benih ketidak setiaan Zeus pada Hera.

“pada kekasih
pergantian siang;malam
yang kutahu sebatas tangkupan mata
selebihnya
tak!”



__________________________________________________________
@Imron Tohari, lifespirit 31.12.08.rev.23.5/20.10/09

Zeus ( Dewa Zeus ) ; mitos Yunani, Dewa dari segala Dewa, namun mempunyai kelemahan dalam soal wanita. Pada mitos Yunani, Zeus di gambarkan suka mengejar dewi-dewi.

Hera ( Dewi Hera ) ; mitos Yunani, merupakan saudari sekaligus istri Yeus, yang mempunyai rasa sakit hati karena merasa dikhianati cintanya oleh suaminya ( Zeus ), sehingga yang ada di pikirannya adalah rasa iri, cemburu, dan dendam pada orang-orang yang dia anggap menyainginya!

Yang



Gambar disunting http://www.modern-impressionist.com/gallery/L-Contemporary-Impressionist-M-Krackowizer-Shimmer-autumn-day.jpg

YANG…

Rasaku: hujah
kutoreh dalam bait-bait syair
biar tak bisa menopang negeri
syairku bukan pengerat
bukan pula cecurut bau pesing
mondar-mandir kencingi tetek bunda hingga bernanah

Aku
bukan sesiapa
juga bukan apa
bisa jadi aku adalah kau
kau adalah aku
ha ha
tak lebih baik dari cecurut bau pesing
yang…
berharap
bumi
bangsa

Tidak mati!


__________________________________________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 18 October 2009 ( sempalan dari “ Kumpulan yang tersingkir” )

Sabda dan Piala Cinta



gambar disunting https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghsf7VQ7o2x3CS0tMxChIt6shfLfyX6CoaZzENR9z_o0cee62rZHpg3DoEb6Gv7IUdHzu4exE-5a2uTdeiu1bRXptW1isXSt1uF0S2kADLmuHqVPDmuhho7EOkcReeozCyG5nWIF8bwtya/s320/lukisan+2.JPG


Sabda dan Piala Cinta

1/

Saat tirai asmara bergoyang
Sedih tak lagi tertompang

Cemas, harap, berebut rinai
Rindu, benci, menyatu
Di piala cinta
: Duka
: Asmara
Berkelana menyusuri palung-palung bisu
Menelisik kaku batu yang kian purba

Di sudut kerling kekasih
Takdir, adanya airmata api
Membakar abu sabda Cinta

Masihtah berarti mendebat rasa?

Oh…


2/

telah sampai tasbih cinta dari sebuah sabda
agar jiwa tetap tunduk dalam air mata
bahasa dari sebuah pesona
menelisik waktu-waktu yang kian purba

lihat saja, tirai asmara bergoyang
sedih tak lagi tertompang *)
inilah yang dinamakan rinai gelombang pasang
membagi rindu ke tepian ranjang remang

tak ada kerling ke dua
tak ada abu bagi sebuah bara
telah tunai ku hancurkan rasa
agar kau bebas menjadi kembara, cinta

______________________________________________________
@ Sajak bersulang lifespirit & Rama Prabu, 17 October 2009

Airmata Langit



gambar disunting https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf-69gdBOmV_KZkzha6TG_f2E_vNbef1DW0k5yREljUVlOFlksqvEMcZQimPt1KtJVWqgdUL59cx2ozmy7he63fOOBNqwloTK4P9mvxOZ_F9VNgPOsL2KECfvTjoxHi8TYN3bEzTQTv4F9/s400/Picture+Acara+Prasasti+018.jpg


Airmata Langit


setelah mimpi itu pergi,
satu kepahaman, terpindai
pun begitu, masih ada tertinggal ...

langkah mengayun, timpang
belok kiri, simpang kanan

mungkintah
akhir tujuan berlainan destinasi*

langit, masih bertampar
bumi, masih bergoyang

buru-buru tangan menggapai piala
tenggak
mabuk
anggur airmata Ulul Azmi*
_______________________________________
Biska, 23.9.09, editing by lifespirit.

*destinasi /déstinasi/ n tempat tujuan;
tempat pengiriman

*ulul azmi n para rasul yg merupakan teladan
krn ketabahan dan kesabaran hati
(yaitu Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan
Muhammad saw)

Bilik



gambar disunting :https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg22p7ix4Q7j1d9oMem_SCi_VfsZ2ipzqf3f4QpZnPNrfoMJqBb9y4Iky3h9IXPRx8t6CH0gb8C3HTHHIMPOzNmPJakN-ID5DyB_vAox-s51XaxiWMsiuAgvA_ZXYRZwCkNumDTVK03xkef/s200/Sujud+di+padang+pasir.jpg

Bilik

Malam
:Syahdu


Di luar,
lembar daun dirayu embun,
pun debu-debu bilik pengab berterbangan,
lalu ketidakberdayaan menanya pada setipis ari-ari di rahim ibu
:tlah berapa pergantian purnama,
terengguk anggur dari cawan-cawan ma’rifat
di kedai-kedai jiwa
bukan hal kesendirian itu
kepedihan pun kesukaan,menjadikan penyesalan
saat angin dari barat dan timur, berhembus
layaknya para musafir yang berjalan di bawah cahaya bulan,
iring-iringan angin membawa fatwa

“tidak hanya satu tuhan yang menyulang anggur , juga
saat datang Hudzaifah Ibnu Yaman pada Utsman Ibn Affan
dari perang pembebasan Armenia dan Azerbaijan, kecuali
kubiarkan pikiran menjelajah belantara ma’rifat,
dan tidak hanya satu tuhan ,tapi banyak tuhan ,
agar aku tahu keberadaan tuhanku yang sebenarnya,
dan mereka tuhantuhan,
seperti halnya aku,
diantara banyak mushaf-mushaf,
berapa banyak darah telah menetes bercampur tanah,
mengering, lalu jadikan warna kecoklatan, di sana
tuhan aku
diantara sisa-sisa purnama
bermunajat
pada satu mushaf
sepenuh-penuhnya menghamba
sebaik-baiknya mencinta TUHAN”

Syahdu…
Syahdu…

_______________________________________________
@ Imron tohari, lifespirit 23.12.08/26.2.09.rev.17.10.09

Bilik = ruangan kecil

memanggil mimpi



Gambar disunting : http://malikazir.files.wordpress.com/2009/09/tangisan-rindu-sang-bidadari.jpg

memanggil mimpi


saat engkau datang
lembut angin utara mengiring asmara
hingga tiba masa

badai o badai
tercerai pisah
hasrat sejoli resah melayuk rindu

diantara ketidak pastian waktu
deras tak tampak
rinai hati
oh, sedih kala itu

duhai kekasih
lihat
diantara bulan memancar
ibarat seroja
berharap mekar putih bunga
rimpang batang menompang daun
haruskah tergerai pisah
sedang
: aku
: kau

tak lekang melaung mimpi

_____________________________________________________________________
@ lifespirit 31.3.08/1.12.08/10.3.09

Inspirasi puisi ini : diangkat dari kisah seorang teman wanitaku yang saling mencinta dengan kekasihnya ( berjalan 7 tahun )…. Namun sang gadis masih trauma dengan masa lalu keluarganya, sehingga dia belum berani memberi kepastian jawab pada kekasihnya untuk married ! ( Alhamdullillah saat puisi ini saya editing, sekarang mereka sudah jadi suami istri, dan tengah menanti kelahiran putra pertamanya. Amin ).

KEJORA




Diunduh :https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgWTYEb-RJfIlau65MTAmLKz4k3xo-tQsDuwPZnsYBIHdlgnwdh6mLkXhUDKJFJ-oSV8yr9e0o2qD3zqsKoRYqbNoslBgpmB95CUejdmsh26VtFsVgIxUJEL7EOU8hJfAK4vqsjV2aaNHc/s320/surga.jpg

KEJORA

1/

di langit tujuh
air suci mengairi kebun-kebun apel
mengikat lentera-lentera

telaga bening itu, sair

;para Dewa
;para Bidadari
;para Kesatria

bercermin

sebelum kembali
menembang


2/

ketika
bumi bertepuk
langit kian bertampar ...

9 purnama luruskan pandangan
9 malaikat bersujud rapal kan zikir

akulah itu
menari dengan bidadari yang dikawal satu ribu sembilan enam lima para kasatria.

adakah keraguan diantaranya.
sedangkan sabda ku telah membenam di relung relung nafas.!


3/

Yaa Ghaffar
Yaa Ghaffar

angin itu keniscayaan
kala membisik
kala membadai

burung HudHud riuh
tanpa kuasaMu
tak kan langit terbelah memberi jalan

syahdu
syahdu

aku,sujud!


___________________________________________________
Imron Tohari & Tedja Alhabd ( sajak bersambut ), 16 Juni 2009

Mengetuk Pintu Langit II



Lukisan behzad diunduh : http://kalipaksi.files.wordpress.com/2007/06/lukisan-01.jpg


Mengetuk Pintu Langit II

selama nafas masih berdetak
urat nadi belum putus
kehidupan mempunyai jalan hidupnya sendiri
biarpun saat itu mata dibenturkan dengan gunung kedukaan
yang bahkan hutan-hutan api melingkar, berkobar
dengan lidah api siap membakar setiap jengkal langkah
tak kuijinkan ketakutan, memuja nasib
sebab saat kutanya
nasib itu sendiri pecah, tak tahu masa depannya

kecuali

kukepakkan bulu-bulu sayap
yang aku sulam dari rampai airmata doa
membuat langit dan malaikat terus bertasbih
memohon pada Khalikul alam
menyematkan mahkota dari untaian doa-doa sulaiman
menjadikan kecantikan balqis telimpuh di altar kekasih

esok
kutangkup suria di gerbang fajar


______________________________________________________________
Imron Tohari, lifespirit 22 September 2009

Tabir (Bisik Ilalang II)



gambar diunduh : http://maulanusantara.files.wordpress.com/2009/07/sufi.jpg

Tabir (Bisik Ilalang II)



(1)/

Pacari cahaya mentari redup
ilalang-ilalang tercabut
risih angin enggan menyapu

ooooiiii …

jangan pacari gerhana gelap
pulang , kataku berlendir awang awang

(2)/

Tumpukan jerami tercium hujan, busuk
rupa-rupa jamur, tumbuh
akankah sebanding kucuran peluh, padapada
mentari senyum
gerhana muram
hujan rinai
tanya
diskusi.

(3)/

Tercipta bumi dari keteraturan
seperti perhiasan pada api,air,dan tangan pengerajin,
ketidaktahuanku
mengetuk pintu kecil, membaca mushafmushaf pada rohku, pun
bentuk itu nafsu,bersemayam di alam-alam pikiran,
menjadikanku tuhan pada tanah jasadku

Dan jernihnya nurani mengajak jiwa kepermukaan
membawa pemikiran tunggal

: Tanah itu kekasih yang abadi
_____________________________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit, rev.18909

Pada lebaran




Gambar diunduh :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFYwu1I_wf6oreg9lDdJ6x9O07f_DI9gvEHISExLL0u0L6Mf1-d3APLRUBroi9nmeMIr_ZuT-2jqJH_PWjbLzF3RHMkoBthW26gqC_vw-xl13yv8rCQBQtIaHZD6wWTtJUl2hSeI2wI-DC/s320/sufi.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNXN5BNtORCY3G5KI1eJkm_kz4nuu3ZfWv4CK_DGo-epYcg-OHLj7K70VjtgIcQGZPwOWa4oNYfJRftaPEGIUrQ0yrp6aQChyphenhyphenSjPLdOIu8lrsJjzU18CUgwreHK9Y3-DaHRxS3VA0XBGVB/s320/3+Sufi+Tale+Illustration+Water+color.jpg


Pada lebaran


Lebaran kali ini
Tak ada kue yang aku suguhkan di atas meja
Kue itu terlalu enak untuk di nikmati
Menjadikan lupa jalan pulang yang masih jauh di tuju

Lebaran kali ini
Tak ada segelas air teh yang aku tawarkan
Air teh itu terlalu nikmat untuk bibir-bibir langit
Hingga lidah kaku batu , mengeja, walau hanya sekedar alif

Lebaran kali
Kutuang arak Almufarid* pada cangkir tanah
Dan akan aku temani kalian menegaknya hingga mabuk
Sampai panas membakar
Retak mata menetes darah
Merindukan kembali bertasbih dengan para malaikat langit
Di tiga puluh hari penuh berkah

_____________________________________________________________
@ Imron Tohari – lifespirit, 17 September 2009

Almufarid* = orang yang gemar berdzikir dan atau gemar zikrullah serta selalu mengamalkannya demi kebaikan sesama, dan tidak peduli apa yang dikatakan atau diperbuat orang terhadapnya. Karena sesungguhnya mereka melakukan dzikir semata-mata karena Allah SWT.

Ada Bulan Di Telaga


gambar diunduh dari :
http:https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6wpkDaQpqvdJqMicZYOCU9bPH0SxHYFrvdmIj0M5go899oigPt4Ib3b6uvTp_69QKEYdm0h_aGGcwHulCX1QC7QK4t_GeNCvxhlLLAEpuf9-Qnmzs2IAPTrrUa3GAwiFDkZYfq_cujUGC/s320/sufi+-+kitab+dan+cermin.jpg
http:http://pondokhati.files.wordpress.com/2009/04/dervis4.jpg


Ada Bulan Di Telaga


Malam, saat kau terjaga
Jangan biarkan kelam membayang
Membelenggu rasa menghujat sayang
Patah harapan dalam gamang

Duhai yang dirundung nestapa

Saat kekasih dunia merejam asa
pergilah ke kedaikedai nur cahaya
Ramai pecinta menenggak anggur asmara
Menghibur segala hilang gulana

Duhai wahai kekasih jiwa
Tidakkah kau ingat kupu buluh perindu
Menebar kasih di tamantaman cinta

Hingga angin bersiur,pun
cahaya bulan jatuh di telaga

__________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 18 Nov 2010

rapuh petang




Gambar diunduh : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b3/Psycheabduct.jpg

___________________________________________________________________________________

rapuh petang

malam ini
sendiri
aku duduk di kursi panjang, di halaman rumah
kursi yang pernah kita duduki berdua
dan menyaksikan kita bertukar kecup
lalu tubuh kita menyatu
sambil bercerita tentang
dian-dian kecil menerangi rumah

malam ini
tanpa bulan
pikiranku memangil-manggil namamu
mengurai simpul-simpul kenangan
seakan bayang asmara denganmu
terlahir kembali dari buku-buku batang bambu
di sudut taman, tanpamu
berteriak lantang pada sulur-sulur
menggetar katup bunga akasia

dan aku bertanya pada angin

“kenapa kita mesti mempunyai prinsip
bila akhirnya meniadakan cinta
dan benarkah dulu itu, bulat mata kristal terkasih
tenggelam dalam sebotol anggur
memandang sayu mataku yang kian kabur
sebelum akhirnya perbedaan memisahkan kita”


ah, selalu, dan selalu
saat aku kembali mengenangmu
yang kujumpai hanya ilusi
mengajak ragaku merebah
di kursi panjang taman ini
dingin bertabur butiran embun malam

; melapuk
; mabuk

___________________________________________
@ Mitsu & lifespirit, 12 Agustus 2009

SATU KATA!



Gambar diunduh dari : http://www.arsipjatim.go.id/web/uploadFile/TBGALERI/Badan%20Arsip%20Propinsi%20Jawa%20Timur/hote-orange.jpg



Gambar diunduh dari : http://belanegarari.files.wordpress.com/2009/01/bungtomo.jpg


___________________________________________________________________________________
SATU KATA!

Perjuangan belum berakhir, kau simpan di mana
Lagu-lagu perjuangan dahulu kala
Lagu-lagu kebangsaan duhulu kala
Lagu-lagu kepahlawanan dahulu kala
Bait sakti garuda pancasila
Mantra pancasila dasar yang lima
Maklumat sakti UUD empat lima

Oh, Bangsa ini butuh itu semua

Betapa bangga dulu: terkumandangkan
Diantara kibar sang saka
Di sini,dalam kalbu, jiwamu Indonesia
Di sini, dalam darah, mengalir semangatmu pahlawan

Tapi kini, merdek…aaaaa

Lihat
Di sana
DI sini
Jiwa tlah mati
Sang saka merdeka
Tapi tiada merdeka
Bahkan aku pun tak mengenal jiwaku lagi

Ah persetan dengan itu semua

Ini Negaraku
Ini bangsaku
Selama nafas memeluk raga
Selama kaki berpijak di tanah ibu
Satu kata untuk bangsa dan negaraku : BANGKIT!

_______________________________________________________

Inspirasi : Puisi “Peringatan” Wiji Thukul

Elang



Gambar diunduh :http://setanalas.files.wordpress.com/2008/11/merah_putih.jpg




Gambar diunduh dari : 340 x 221 - 56k - gif - ayomerdeka.files.wordpress.com/2008/07/merah-.



____________________________________________________________

Elang


Pada tidurku, saat jiwa mengembara, pada lembar-lembar sejarah, bintang adalah leluhur yang memberi arah untuk berlayar, laut, adalah ibu, di sana ikan berloncatan kearah sampan nelayan, dan pada tetesan peluh adanya bapakku, padanya matahari membakar legam kulit, membaptis peluh bapak menjadi Elang. Padapada lembah, gunung, hutan, pekik Elang adanya kidung para ksatria. Dan, kepak sayap Elang pada bayu, beriring samudra mengawan beku, menggigil, merinai hujan, di sana segala hijau manikam menguntai khatulistiwa.

Aku, adalah titisan lembar-lembar sejarah yang kini meringkuk, melayuk, pada layar putih memerah saga yang ada menyatu di gerai-gerai durjana meraja, segala…

Tetesan peluh adalah bapak, padanya
matahari membakar legam kulit, menjelmakannya jadi Elang

Kini gerangan apa yang terjadi ?!

Sayap-sayap patah di batas kemiringan mayapada, pekik nyaring parau tertelan tangis: hutan, lembah, pun gunung menyumpah serapah, pada kegelapan,tidak ada terang pada mata(hari), lihat, air mata juga tak mampu membangunkan jasad-jasad berserak terbujur kaku.

Langit memerah saga. Darah mengucur deras membelah tujuh gugusan angkasa, menggenangi tujuh quantum lapisan bumi, menyelimuti empat penjuru mata angin kedamaian, pedih!. Pada jiwa-jiwa bahari aku berontak, pada lembar-lembar sejarah aku meradang. Pun saat roh dari jiwaku terjaga, pada mushaf-mushaf jiwa aku teriak …

“Pada lembar-lembar sejarah dahulu, bukan aku berontak,
bila kini jantungku berdegup,
lembar-lembar sejarah, esok,
Negara Kesatuan Indonesia tetap tegak berdiri
diantara pekik Elang darah-darah persatuan penerus bangsa!”


___________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 9 Januari 2009

Ini tanahku, tanah Negeri Pusaka




Gambar diunduh dari : http://www.swaramuslim.com/galery/sejarah/img/pasca/1928-Sumpah_Pemuda-1.jpg
_______________________________________________________________________
Ini tanahku, tanah Negeri Pusaka

Saat sang angkara merajalela
Tumpah kesedihan meratap ara
Bunga-bunga hati kuncup merana
Terbakar hangus sumpah durjana

Kala nafsu hati terkunci
Jerit, rintih, tiada lagi arti
Tercabik-cabik nurani suci
Iri dengki subur di bumi pertiwi

Ooo rintih dan tangis-tangis jelata
Bagai arwah-arwah gentayangan
Berkidung kematian
Merayap, merangkak, di bawah panji-panji demokrasi

Wahai rakyat negeri, sadar, sadarlah!
Mendung masih bergelayut di Negeri Pusaka
Negeri tempat darah pejuang bercampur peluh airmata!
Negeri tempat padi yang kau makan
Negeri tempat air yang kau minum
Negeri tempat udara yang kau hirup
Negeri tempat tanah yang kau pijak

Milik Negara Kesatuan Indonesia
Milik Rakyat, Rakyat Negara Kesatuan Indonesia!


______________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit, 7 Agustus 2009

Merah Putih



Gambar di unduh dari : 400 x 267 - 81k - jpg - www.iabc.or.id/50111%20005%20Flag%20Meulobah.jpg

_______________________________________________
MERAH PUTIH


Dulu, pohonpohon berdiri jumawa
Menghisap air Mengakar bumi
Negeri bahari elok di garis khatulistiwa

Tapi

Pohonpohon itu kini gemetarrr…

Bom meluluh lantakkan kokohkokoh bangunan
Mencabik-cabik keyakinan beragama
Membakar abu persatuan berbangsa
Di bumi IBU
Jutaan hati menggerang sakit
Menganak sungai airmata

Dan kini

Saat sangkakala menyambut fajar

Diatas sumpah
Diatas Kitab-kitab para nabi

“Salam sejahtera
Pemimpin Negeri
Pengemban amanat suci”

Kami lidah-lidah rakyat berdoa

Untukmu
Untuk saudara sebangsa
Untuk Merah Putih

Selamatkan anak cucu, dari

airmata darah!

______________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 26 Juli 2009

Istirahatlah “ Lelaki Berhati Indah”




Istirahatlah “ Lelaki Berhati Indah”

/Rendra Si Burung Merak


#1

Di usia muda
Kau lesatkan panah kepedulianmu
Pada sajak “Sebatang Lisong,”

Di usia senja
Masih gelegar
Suaramu meletup api, membakar
Semangat patriotisme menjalar dalam pokok-pokok sajak
Pada setiap larik kau baca , o airmata duka
Adakah lukamu melihat jiwa para kekasih lumpuh
Terpasung durjana meraja

#2

Di tanganmu; kata-kata punya hati
Menari
Menembang
Berdoa
Pada ladang-ladang nurani
Kau! Sufi; menjadikan hatimu sebagai telaga
Mengajak para musafir
Minum
Bersuci
Bercermin nurani
Menyambut fajar


#3

Pada sajak
Kau bercerita memanah rembulan
Berharap cahaya bulan
Menerangi sudutsudut ruang gelap
kaki jiwamu ringan
Melangkah…
membagikan corong-corong keadilan


“Selamat istirahat,
lelaki berhati indah,
detak sairmu kan abadi.”


_____________________________________________________
@ Imron Tohari ,lifespirit 11.45 wib/12.45 wita
di dedikasi untuk penyair besar “Rendra Si Burung Merak”

Menguak Tabir



Menguak Tabir

Ku kulum bayang di reruntuhan petang
gelinjang sesak rebah telentang aku dibekap kenang
olala …
telikung senyummu di kelok wajah: merobek awan
kuyup tubuh tertumpah hujan

Awan, o awan tengah menggulat perkasa bulan
roh ; jiwa, berdekap melayang
menelusuri empat anasir kehidupan: hidup ibarat pewayangan
pada bayang reruntuhan kelam, hidimbi memohon sasmita kunti

“oh dewi kunti sang ibu
kala kejujuran
kesetiaan
tak cukup memikat hati bimasena
aku hidimbi menangis…
luka,o luka membentuk cerug
airmata,o airmata mengalir kolam
di sana bunga seroja merekah
bermandi cahaya di bulat daun
lalu butir air menggelinding, kumpul
juga melompat dua katak : mesra!”


( Kasih kunti adalah kasih ibu
moksa hidimbi, terlahir arimbi nan jelita
dan perkasa bimasena pun terpanah asmara arimbi )

pencar air tergetar
lembar-lembar daun serempak berkata
-sasmita kunti sang ibu
-kuncup seroja
-awan berkuak
-rembulan tersenyum

iakah seperti itu cinta?

________________________________________
@ Imron Tohari,lifespirit 28.1.09/rev.6.8.09
Catatan : empat anasir kehidupan yang dimaksud dalam sajak ini adalah : Phisik raga/tubuh, Nafsu/hasrat/keinginan, akal/pikiran, hati/nurani.

BUPALA



BUPALA

Tanganku menggelitik ujung hidung yang sebenarnya tidak gatal, tajam laksana panah
mata jiwaku meneliti cermat sang pengadu (dan pengadu itu adalah nasib burukku!), tapi seperti halnya para gembala berkeliling mencari hijau rumput, aku beku mencari jawab…

Kubiarkan pikiran terus mengembara menerobos gerbang metafisika, satu keyakinan, bahwa jiwa pengadu bukanlah mati, melainkan tidur. Seperti saat darahku tiba-tiba panaskan otakku, lelah tulang-tulangku gemeretak sengau ingin menyobek mulut-mulut nyinyir kaku batu yang ternyata diam-diam berharap aku cumbu. Dan aku tahu itu.

Lalu sang pengadu (nasib burukku itu!) kusuguhkan hidangan secarik kertas putih yang tersimpan di gudang keyakinanku, dan kubiarkan airmata memeras kering hati biar darahnya jadi tinta tulis, dengan begitu aku akan tahu kabar berita yang ingin dia hembuskan untuk jiwaku bangkit...


______________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 30 Juli 2009

# bupala kl n raja

# sengau berhubungan dng suara yg
diucapkan dng bunyi mela-lui hidung;
menyengaukan v mengucapkan (kata
dsb) dng suara hidung