Mudah Membuat Puisi Ala “lifespirit!”


lukisan diunduh dari google

Mudah Membuat Puisi Ala “lifespirit!”


Mencipta puisi/sajak sebagian orang bilang mudah, sebagian lagi bilang sulit, hal ini terkait dengan segala instrument bahasa karya puisi/sajak yang mempunyai karakteristik sendiri yang boleh dikata sangat unik. Lalu bagaimana cara mencipta puisi/sajak biar kata-kata sulit itu tidak menghalangi kita dalam berkarya? Dalam proses saya mencipta puisi, perkenankan saya membagikan lima teknik dasar dan mudah mencipta puisi ala lifespirit! :

1. Tulis saja apa yang menjadi olah rasa pikermu dengan lepas ( pokoknya tulis saja dulu jangan terkendala dengan pakem penciptaan puisi, karena hal tersebut akan menghambat laju idea yang ada dipikiranmu saat itu)

2. Setelah selesai ditulis, baca ulang dan rasakan apa memang tulisan tersebut telah sesuai dengan apa yang ingin disampaikan pada pembaca dan atau sudah mewakili apa yang kau fikirkan?

3. Kalau sudah sesuai dengan maksud dan tujuan yang difikirkan, baca sekali lagi dengan sepenuh rasa untuk menemukan apa sekiranya pola yang paling tepat, dalam arti, apa karya mentah tadi ingin kau tuang dalam bentuk bait panjang apa pendek, apa mau kau tuang dengan pola terikat ( berdasarkan pakem-pakem khusus yang menyerta pada karya sajak/puisi semisal rima) atau mau kau tuang ke dalam medium sajak/puisi bebas ( ingat jangan ragu untuk menghilangkan/memadatkan/menambah/mengganti diksi ) bilamana dirasa perlu dan tentunya bila dengan itu kau merasa nyaman.

4. Jangan segan-segan untuk mengedit bila ada masukan perbaikan yang baik/relevan ( lebih baik lagi kalau tidak buru-buru memposting itu karya/ endapkan! sebab dengan pengendapan adakalanya pikiran kita bisa lebih netral dalam menilai karya yang baru kita buat sendiri. Biasanya kalau langsung kita posting, yang lebih berperan sifat emosional kita yang dominan sehigga unsur subyektif kita dalam menilai karya yang baru kita buat mengalahkan unsur obyektif kita.

5. Jangan mudah patah karena dikritik, dan jangan terbuai saat dipuji. Ingat : Pujian adalah rahmat yang patut kita syukuri, namun kalau kita terlena justru akan menjadikan karya kita berikutnya jalan di tempat.

Setelah memahami lima pokok dasar mencipta puisi dengan mudah, dan setelah melalui proses penciptaan karya dengan berbagai model tuang ( puisi bait pendek dan puisi bait panjang dan atau yang terpola pun yang bebas ), sekali lagi perkenanan saya merangkum pemikiran saya dalam mencipta karya selama ini, tentang hal-hal yang senantiasa saya jadikan perhatian dasar dalam mencipta karya puisi bait pendek maupun karya puisi bait panjang dan atau bahkan yang terpola/terstrktur, seperti yang kini saya tulis di bawah ini :

- Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi pendek ala lifespirit! :

1. Judul sangat penting (kalau tidak boleh dikatakan vital ) dalam penciptaan puisi pendek. Dengan judul yang baik dan kuat, akan menjadi pemandu awal bagi penikmat baca untuk masuk dan menelaah makna dari puisi bersangkutan, hal ini dikarena puisi pendek sangat terbatas volume katanya.

2. Pemilihan diksi yang kuat akan membentuk tautan kalimat yang bisa meruangkan makna luas ( tetap perhatikan estetika poetikanya ) sehingga dengan kata terbatas namun tetap indah dan memberi ruang imajinasi dengan leluasa.

3. manfaatkan majas : metaphor, personifikasi,hiperbola,paradok,satire,ect dengan baik, sebab majas dan atau gaya bahasa sangat membantu dalam puisi genre ini. majas yang baik akan kian memberi ruang kalimat tertaut menjadi lebih luas, dalam arti majas memberi nilai tambah dalam unsur keluasan latar.

4. Puisi pendek lebih menitik beratkan pada isi/makna, walau dalam hal ini unsur keindahan juga harus tetap diperhatikan. Namun dengan keterbatasan kata yang ada pada puisi genre ini, yang lebih diutamakan adalah bagaimana keterbatasan kata tersebut bisa menyampaikan pesan makna ke penghayat dengan baik.

- Contoh :

Disalib Peradaban

di mural-mural kota
orang lalu lalang mencari mata
di istana negara
perkongsian politik lahan paling subur menggali kubur…

saat jiwa tak lagi jelas mendengar detak kerohanian
jarum waktu serupa jahanam jatuh tepat menancap di batok kepala

( Imron Tohari _ lifespirit 24 januari 2011)


5. Dalam puisi pendek biasanya pada batang tubuh puisi dibagi dua, yakni: alur konflik peran dan alur penutup ( bisa berupa sebuah renungan, bisa berupa pemikiran kekinian, bisa juga berupa kesimpulan dari inti tema yang diangkat, ect ), sebab judul mempunyai peran ganda dalam puisi pendek, selain untuk memberi gambaran dari keseluruhan isi karya, juga tidak jarang berperan sebagai alur awal/pemandu awal sebelum masuk batang tubuh puisi.

- Contoh judul yang sekaligus berperan sebagai awal sekaligus sebagai kesimpulan dari inti tema :

Digoda Rindu

Ketika gemerisik daun bambu diikuti sahutan jangkerik
senja melenggang
menghantar rindu ke peraduan malam

Digoda rindu siapa peduli batang bambu dan jangkerik di luar kedinginan

( by lifespirit 26 Januari 2011 )


- Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi pendek yang terdiri hanya beberapa kata/kalimat ( tidak lebih dari 17 kata/kalimat ) ala lifespirit! :

1. Judul pada puisi model tuang seperti ini sangat penting ( kalau tidak boleh dikata tidak bisa ditawar-tawar lagi ), hal tersebut berkenaan dengan padatnya kata yang bisa diolah menjadi suatu kekuatan utuh karya dalam menyampaikan pesan pada penikmat baca tanpa meniggalkan kesan keindahan bahasa puisi itu sendiri. Judul yang baik (baca: kuat) sekaligus merupakan pintu masuk untuk pembaca bisa memahami dan menikmati letupan pesan yang ingin dihantarkan pencipta karya ke imaji rasa penghayat.

2. Peran diksi pada puisi pendek genre ini ( selanjutnya akan saya sebut sebagai puisi padat kata ) mutlak sangat penting bagi berhasil tidaknya karya tersebut merangkum idea tema yang ingin dilukiskan oleh pencipta karya. Untuk itu usahakan tidak tergesa-gesa dalam memilih diksi yang akan dipergunakan, dalam arti pahami betul sifat serta karakter dari diksi terpilih.

3. Upayakan diksi, walau itu hanya satu kalimat bisa menciptakan ruang luas untuk penikmat baca berimajinasi. Misal kata yang menimbulkan efek visual bunyi:kraakkk, plung, bum ect dan atau kata yang menyiratkan kata kerja aktif, missal : menggali,memintal,mengintip ect

4. Judul dan isi harus saling menompang satu dengan yang lainnya. Dalam arti, Judul sekaligus merupakan rangkuman maksud dari isi karya.

5. Jangan buru-buru memposting, namun upayakan untuk melalui proses pengendapan karya, sehingga kita bisa mengevaluasinya dengan control emosi yang tenang serta obyektif, hal ini untuk menghindari jebakan puisi model padat kata yang biasanya kita tanpa sadar terjebak langsung menulis secara terang benderang, sehingga nilai estetika bahasa kontemplatipnya berkurang .

Beberapa contoh puisi padat kata yang memanfaatkan kekuatan imajinatip diksi/kata/kalimat:

Kemarau

sawah ladang kering
Petani berebut ranting
Krakk!
Di dapur, perempuan menanak nafas

(2010)


Sajak Hening

Kenapa kau mencintaiku?
jatuh sebatang ranting
plung…

(2010)

Mengetuk Pintu Langit

Syahadat
Tanda serukah
O tanda Tanya

(2009)


Maujud Tuhan

Pada peluit ketel*,rinai
Senyum istriku
Selepas Subuh

( 2009 )

*ketel /kétél/ n 1 sj cerek;untuk merebus air; 2 sj kuali besi
untuk menanak nasi



Lampion

Pemantik
Membakar setiap detak
Dan aku memanggilmu
: Kekasih

( 2009 )



- Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi bait panjang ala lifespirit!

1. Perhatikan ketertautan alur antar baitnya, hal ini sangat-sangat perlu agar bisa memandu dengan baik penghayat/penikmat baca masuk kedalam keseluruhan batang tubuh puisi ( walau dalam kasus alur lompat pun tetap harus ada relevansi benang merahnya dalam satu kesatuan pesan utuh yang ingin disiratkan ke pembaca.

2. Untuk memberi nilai hisap/roh pada karya bait panjang, unsur latar sangat penting, hal ini akan banyak membantu penghayat/penikmat baca dalam mengoptimalkan imaji rasa saat membaca karya terkait.

3. Bila memakai bahasa terang ( merakyat ) upayakan ada nilai kejut/tak terduga oleh pembaca sehingga baris kalimat tidak terasa hambar. Namun kalau memanfaatkan majas, perhatikan penautan/perekatan diksinya apa selaras dan atau koheren apa tidak, sebab kalau kita terjebak hanya untuk terkesan unik atau gagah-gagahan kata saja justru dihawatirkan akan membelokkan makna yang akan disampaikan.

4. Perlu diperhatikan : biasanya puisi bait panjang dibagi menjadi tiga alur, yakni alur awal, alur tengah ( konflik peran ), alur akhir/penutup ( bisa berupa opini kekinian, bisa berupa kesimpulan akhir dari kejadian, bisa berupa renungan ect, yang penting upayakan bisa meninggalkan kesan pada pembaca! )

5. Hindari pengulangan kata/kalimat bila dirasa tidak perlu, sebab pengulangan kata berlebih akan melemahkan dan atau menenggelamkan kemenonjolan kalimat lainnya. Dan juga hindari pemakaian kata penghubung yang berlebihan, sebab akan membuat karya kita menjadi kaku. ( dan,yang, ke, di, -an, -lah, ect )


Contoh puisi panjang yang bermain dengan bahasa-bahasa simbol majas :

Jerami


Aku cemburu
Bagaimana bisa kau seperti itu
Tabah dalam sakitmu
Harum dalam lukamu

Sebelum garing tubuhmu ditetak
kau tompang bulir-bulir padi merunduk
dan bersama angin, meliuk
mengiringi senyum-senyum yang
asyik bercengkrama di pematang

Engkaulah sebenar-benarnya pecinta
dengan lembut berkata-kata
“Jangan bakar aku
jangan bakar aku
tak ingin asapku koyak moyak jumantara*)
dan lalu meniadakan tawa penggembala
di kala masa”

Jikalau lalu akhirnya awan memecah derai
pergantian hari membusukkan raga
jerami. Adalah darma pecinta
membuat benih jamur tumbuh dari tubuh yang luka

Wahai Sang Pembuat Cinta
yang meniupkan nafas-nafas kehidupan
Dari rahim-rahim tanah yang liat

: Tidaklah hamba seketika akan jadi jerami
kecuali pada angin hamba menitip
abjad-abjad yang tersusun dari air mata
serupa mantra

“Tuhan. Dengan panasnya tungku asmara
hati ini bila mulai mengeras tempa menjadi lembut
bila mulai beku bakar menjadi hangat
dan jadikan putih--- bila mulai karat”

Duhai, wahai, Sang Pembuat Cinta
yang duduk agung di singgasana nurani

Tidaklah hamba ingkar adanya luka
Jikalau tiba saat marah kecewa
tak sepatutnya menorehkan pedih juga
kepahitan yang kini mendera-dera
telah kujadikan tembang kasih

Tembang
Kasih

___________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 15 Juni 2010

*) ju•man•ta•ra kl n awang-awang; langit; udara



Contoh Puisi Panjang yang mengunakan bahasa membumi ( bahasa sehari-hari ) :


Ingin Kutulis Sajak Bahagia yang ada Serupa Tapi


Entah kenapa saat aku ingin menulis sajak cinta,
aku kehilangan huruf c

Saat kualihkan menulis sajak rindu,
aku kehilangan huruf r

Kala ingin kutulis sajak penuh harap
kalimat-kalimat berderet serupa tapi

iakah mesti seperti itu rasa dan fikiran?

Bahkan saat aku berfikir

Aku butuh pekerjaan....
Tapi pekerjaan itu sulit

Aku butuh makan....
Tapi cari makan itu rumit!

Aku ingin hidup....
Tapi hidup itu susah

Aku ingin punya pacar...
Tapi punya pacar itu ngurangi kebebasan

Aku ingin punya istri....
Tapi punya istri itu beban

Aku ingin punya anak...
Tapi punya anak itu merepotkan

Aku ingin karier...
Tapi karier itu menyita waktu

Aku ingin banyak uang
Tapi banyak uang mesti kerja keras

Aku ingin kehidupanku tenang;bahagia
Tapi iakah seperti itu bila berkeluh sahaja?


( @ Imron Tohari _ lifespirit 3 Mei 2011 )


- Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi bersanjak rima ala lifespirit!

1. Perhatikan ketertautan alur antar baitnya, hal ini sangat-sangat perlu agar bisa memandu dengan baik penghayat/penikmat baca masuk kedalam keseluruhan batang tubuh puisi ( walau dalam kasus alur lompat pun tetap harus ada relevansi benang merahnya dalam satu kesatuan pesan utuh yang ingin disiratkan ke pembaca.

2. Untuk memberi nilai hisap/roh pada karya sanjak rima, unsur latar sangat penting, hal ini akan banyak membantu penghayat/penikmat baca dalam mengoptimalkan imaji rasa saat membaca karya terkait, dan untuk menimbulkan efek kuat diimaji penghayat, khususnya pada puisi bersanjak rima yang terikat dengan ketentuan jumlah kalimat dalam larik dan atau dalam bait ( misal pola 444 ), di sini pemilihan diksi harus benar-benar lebih diperhatikan dan lebih selektif dibandingkan kalau kita mencipta karya puisi bebas.

3. Berakaitan dengan rima, jangan terkesan hanya sekedar tempelan dan atau hanya sekedar untuk mengejar bunyi awal ( rima awal ) dan atau bunyi akhir ( rima akhir ) yang sama, tanpa mencermati dari karakteristik dan atau sifat dari diksi terpilih dalam membangun ketertautan secara utuh diksi dalam baris/bait.

4. Perlu diperhatikan : biasanya puisi sanjak rima dibagi menjadi tiga alur, yakni alur awal, alur tengah ( konflik peran ), alur akhir/penutup ( bisa berupa opini kekinian, bisa berupa kesimpulan akhir dari kejadian, bisa berupa renungan ect, yang penting upayakan bisa meninggalkan kesan pada pembaca! ), dan upayakan pembentukan rima benar-benar selain menciptakan bunyi juga mencipta daya letup di imaji penghayat ( baca:bernas )

5. Pada puisi bersanjak rima, khususnya yang berpola ketat, Hindari pengulangan kata/kalimat bila dirasa tidak perlu, sebab pengulangan kata berlebih akan melemahkan dan atau menenggelamkan kemenonjolan kalimat lainnya serta akan menjadikan kekuatan bunyi menjadi lemah. Selain itu hindari pemakaian kata penghubung yang berlebihan, selain menjadikan karya tersebut terkesan monoton, juga kata penghubung yang berlebih akan meyita ruang diksi lainnya yang kemungkinan bisa menjadikan karya lebih bernas ( hal tersebut berkaitan dengan terbatasnya volume kata pada larik khususnya pasa pola tuang 444, apalagi pada pola tuang 4444 )

Contoh pemilihan diksi, pembentukan alur, dan menjadikan karya bersanjak rima :

Bersamamu (pola tuang 444)


Aku berjalan di taman bidadari
kudengar segala riang bernyanyi
dengan lembut kuhampiri dirimu
sepenuh harap kugandeng tanganmu

Oi,kutatap mesra merona pipimu
berlapis senyum tersipu malu
suka suka berlatar pelangi
indah nian,o,warna warni

Bagai bunga musim semi
merekah harum di taman hati
segala duka pergi menepi
kala sejoli riang menari

Duhai Tuhan pemantik mimpi
betapa hidup kian berarti
kala jiwa menyatu ada,
memindai makna indahnya syurga.

(by lifespirit 2009)



Pada Lima (Pola Tuang 4444)

Kala pati dera jiwa
Akal budi jadi mati
Bila haus puja puji
Hati buta mati rasa

Bila umat taat adat
Jauh cela jauh dosa
Biar raya biar jaya
Jaga niat yang kuat

Hayo kita sama laju
Ajak mata juga atma
Jaga tata pada lima
Pada niat yang Satu

Agar jauh duka lara
Laku baik saka diri
Bila padu visi misi
cita cita luah suka

( lifespirit 2009 rev. 5 July 2011 )

Karakter dasar penciptaan karya puisi pola 4444 ini, didasari :
4 huruf dalam satu kata/kalimat,
4 kata/kalimat dalam satu baris, , ( Di tolerir lebih satu kata, bila kata tadi berfungsi sebagai kata tunjuk tempat : di, ke )
4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,
4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
bersanjak rima ( rima berpeluk/berpaut ) pada setiap baitnya.



Sajak yang Kutulis Untukmu Mungkin Akan Kuberi Judul Piano ( sanjak rima bebas )


Kursi yang menatapku itu
biasanya ada engkau
Dan jari jemari nan syahdu
menabur benih rindu

O, pemilik lentik jemari
berlaksa ilusi terpahat di mimpi
Tanpa bunyi apa ini diri
tut-tut nada sebisu sunyi

Pertalian hati
iakah serupa hening yang nyanyi?

(lifespirit, Mei 2011)



Membaca Luka ( sanjak rima yang menitik beratkan pada estetika poetika naratif )

:/Resa Pundarika


Setelah sajak terakhir kau kirim padaku
perihal rumput selalu hijau sepanjang masa
Dan kisah penghianatan yang tertulis abadi di batubatu
meninggalkan genangan air di sudut mata…

Malammalam sering aku mengalun sunyi
purnama bertudung awan menatap sabana
Kunang berlentera kecil,tabah, melintasi selasar jiwa
rubah pikiran bisu batu tenggelam di secangkir kopi

Mengenangmu, seperti mengingat sajak luka
membawa alat bercocok tanam dengan sekaleng benih cinta
Sungai mengalir, sungguh kasihan air lelah sampai di bunga
menatap mekar tak serta merta menghapus air mata

Di semesta raya kaki melepuh berjalan di atas buaian
beribu kerling jelita fana bau amis darah, rentan──
Tercecer dari ujung-ujung mantel memburu kesenangan
mesti seperti itukah mengejar hidup dalam kefanaan?

Di padang sabana derap kuda membelah deru
matahari membakar, angin berpusar terbangkan debu

Entah berapa musim sudah air mata lewat berlalu


__________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 2 Oktober 2010

se•la•sar n 1 serambi atau beranda (ada yg tidak beratap)


Bagaimana dengan peran diksi dalam bangunan puisi atau sajak?

Sebelum saya sampaikan opini saya mengenai hal ini, ada baiknya kita pahami dahulu apa itu diksi? berdasarkan KBBI, diksi; pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)

Nah berkaitan dengan pemaknaan akan diksi, seperti yang diterang jelaskan pada KBBI, maka setiap karya puisi yang selesai saya buat, tidak jarang saya mengganti diksi yang sekiranya menurut saya lemah. Dan biasanya untuk mengganti diksi tersebut baik sinonim atau bahkan kalau mesti harus menggantinya dengan yang bersifat antonym, tak jarang saya mencarinya lewat kamus bahasa, dan sebelum saya pastikan untuk memilih diksi pengganti, saya berusaha menyelami maksud serta sifat dari diksi yang nanti saya pilih. Singkatnya, untuk memilih diksi yang baik menurut versi saya (baca: ala lifespirit!), saya tuang seperti tertulis di bawah ini :

Lima cara memilih diksi yang bisa membangun bentukan karya puisi baik secara estetika bahasa maupun secara estetika makna, ala lifespirit! :

1. Pahami / kenali dengan baik maksud dan atau arti dari kalimat/kata/diksi terkait, dalam arti apakah arti perkalimat diksi tadi mempunyai makna yang bisa membangun kekuatan tema atau tidak. Dan apakah diksi tersebut bila direkat tautkan dengan diksi lainnya, selain bisa menghasilkan estetika keindahan, pastikan perekatan tadi tidak membelokan inti tema yang ingin diletupkan pada bangunan utuh puisi/sajak. Jadi untuk memilih diksi kuat dalam upaya menghadirkan estetika keidahan dan keutuhan makna pada karya puisi, salah satunya adalah mengenali sifat dan arti dari kata. misal: matahari : kata benda ; mempunyai sifat pnas:sinar terang:biasanya identik dengan spirit,kuasa,harapan,power ect.

2. Setelah tahu sifat dan arti kata/diksi dimaksud, perhatikan keselarasan diksi dengan diksi sesudah dan sebelumnya dalam satu kesatuan baris utuh, apa perekatan-perekatan diksi tadi baik dalam bahasa terang atau bahasa majas semisal metafor,personifikasi, apa secara pesan makna tersirat pun tersurat tidak menyimpang dari inti tema karya secara bangunan utuh? misal: kita ingin menggambarkan suatu sosok yang mempunyai kuasa besar yang bisa mempengaruhi kehidupan kita, namun sosok tadi hanya kamuflase saja, alias semu dalam memberi pengayoman, maka kita bisa pilih diksi "matahari" untuk menggambarkan sosok berkuasa tadi, tapi agar maksud janji semunya bisa muncul, kita rekat tautkan kata "matahari" degan kata lain yang koheren dgn maksud pesan yg ingin diletupkan. seperti ini: "Jangan peduli matahari yang berlagak jadi malaikat"

3. Setelah diksi direkatkan utuh dengan diksi lainnya dalam satu baris, baca sekali lagi dengan seksama dan sepenuh jiwa, apa rekatan tadi bisa memancing imajinasi kamu, dan apakah rekatan diksi tadi mempunyai kualitas makna yang baik? bila tidak, jangan ragu untuk menggantinya baik sebagian diksi atau bahkan keseluruhan diksi.

4. Perhatikan ketertauannya baik secara makna detonasi (makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa, seperti orang, benda, tempat, sifat, proses, kegiatan,ect ) pun secara makna konotasi (makna (nilai rasa) yang timbul karena adanya tautan pikiran antara denotasi dan pengalaman pribadi ).

5. Sebelum memastikan apa diksi yang kita pilih kuat atau tidak, sebaiknya tulis saja dulu secara lepas dan natural, baru pada saat proses pengendapan kita biasanya akan dgn lebih mudah menyeleksi diksi sesuai dgn kebutuhan ( baca : lima teknik dasar dan mudah mencipta puisi ala lifespirit. Ctt: kamus bahasa indonesia bisa memperkaya diksi. )

Lalu seberapa penting nilai tautan kontemplatif (baca: daya renung) pada karya sastra puisi/sajak ?

Suatu karya sastra ( kita persempit pada pokok bahasan puisi ), estetika bahasa merupakan hal yang dibutuhkan sebuah puisi untuk menarik minat penghayat dalam menelusuri batang tubuh karya secara utuh sekaligus sebagai sarana/alat untuk merangsang pergerakan imaji penghayat kearah optimal. Namun yang tak kalah penting adalah estetika makna, dalam arti selain makna yang kuat dalam membangun pikiran-pikiran kekinian, puisi yang baik juga akan meninggalkan jejak kesan yang memicu pikiran-pikiran penghayat untuk melakukan pembaharuan pikir ke arah yang lebih baik (positif) di masa-masa selanjutnya, dalam arti bisa mengajak rasa pikir pembaca untuk berkompelatip/berkontemplasi/berfikir secara fokus akan pencapaian-pencapaian kebaharuan pikir yang positip.

Dan yang terakhir : Jangan paksakan penghayat untuk harus sama dalam memaknai pesan yang ada di symbol-simbol bahasa karya anda. Dalam arti biarkan sinyal-sinyal bahasa tadi mencari jalannya sendiri untuk membuka medan piker pembaca/penghayat sesuai dengan kemampuan masing-masing penghayat dalam menangkap bahasa-bahasa symbol dimaksud. ( lalu bukan berarti kita menulis puisi seenaknya lho! Hehe ).

Semoga catatan sederhana ini ada nilai manfaat bagi pembaca. Amin3x. Insya’allah
( Imron Tohari _ lifespirit, pecinta sastra, 28 January 2011 )

Impian Petani Tua

lukisan diunduh http://sujalma.wordpress.com/category/lukisan/page/2/




Impian Petani Tua

Persis tengah waktu setelah lama kutempuh perjalanan usia lewati daratan lautan bahkan bebukitan, aku dihadapkan pada suatu pemahaman akan kehidupan, aku tiba di suatu kebun yang sangat luas. Di sana, kulihat seorang petani tua tengah khusuk menanam rambutnya. Entah kenapa dia tidak memanggil hujan, tapi memanggil matahari untuk menjadikan tanamannya berbuah bola-api yang katanya, akan dipakai menerangi ruang senja serta memanaskan airmata hingga menguapkan mimpi-mimpi



Malam pun hadir, kulihat kali ini petani tua itu menanggung rindu duduk resah pikiran berjalan ke tempat kekasih yang setia bertanya kapan saatnya sampai? Dan saat kembali kutanya, siapa kekasih setia itu?, tapi ia hanya diam lalu lama menatapku, tiba-tiba dari kedua bolamatanya keluar bola-bola api yang di mataku terlihat seperti iring-iringan orang berkabung (mati).



( puisi surealis by lifespirit 16 Januari 2011 editing Kurniawan Yunianto )

Tempayan Retak


ilustrasi lukisan diunduh dari google

Tempayan Retak

dunia itu rahasia, dari ujung ke ujung
fikiran mencari jawab
:hanya satu perkara
segala kuasa adanya kehendak
tidakkah indah cinta tanpa tercipta benci?
tidakkah abadi bahagia tanpa ada duka?,di semesta
kekuatan rohani ladang pertarungan
baik buruk tarik menarik
rimbun fikiran
berkata-kata cinta
benci kangen
duka suka
memetakan tangis ̶̶̶̶
tidak penuh air pada tempayan retak
segala ingin segala hijab

masihkah terfikir retak tempayan?

____________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 9 Juli 2010 rev 10 January 2011

tempayan : tempat air yang besar terbuat dari tanah liat

Bagaimana Mungkin Berhenti Mencintaimu


ukisan diunduh : http://stat.kompasiana.com/files/2010/05/dedes-2_painting1.jpg


Bagaimana Mungkin Berhenti Mencintaimu

dinda kenapa mesti bersedih
di tengah kalut
ribuan ketakutan berebut
wajah pasi
alam sekeliling bisu batu
jatuh selembar daun
dalam detak takdir
pikiran bergelayut
di atas pembaringan tiada airmata mampu
hentikan waktu
kesendirian, ajak kaki melangkah
meski perasaan belum yakin merentas,dinda

lihat di alur sungai itu
tidak selamanya air bening
tapi dikeruh air, pun
tidak menjadikan ikan berhenti berenang

jadi tertawalah
tertawailah gundah
dan aku akan senantiasa menemanimu
menjadikan perjalanan ini partitur abadi

______________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 1 January 2011