Jerami


lukisan diunduh dari Google


Aku cemburu

Bagaimana bisa kau seperti itu
Tabah dalam sakitmu
Harum dalam lukamu


Sebelum garing tubuhmu ditetak
kau tompang bulir-bulir padi merunduk
dan bersama angin, meliuk
mengiringi senyum-senyum yang
asyik bercengkrama di pematang

Engkaulah sebenar-benarnya pecinta
dengan lembut berkata-kata
“Jangan bakar aku
jangan bakar aku
tak ingin asapku koyak moyak jumantara*)
dan lalu meniadakan tawa penggembala
di kala masa”


Jikalau lalu akhirnya awan memecah derai
pergantian hari membusukkan raga
jerami. Adalah darma pecinta
membuat benih jamur tumbuh dari tubuh yang luka

Wahai Sang Pembuat Cinta
yang meniupkan nafas-nafas kehidupan
Dari rahim-rahim tanah yang liat

: Tidaklah hamba seketika akan jadi jerami
kecuali pada angin hamba menitip
abjadabjad yang tersusun dari air mata
serupa mantra

“Tuhan. Dengan panasnya tungku asmara
hati ini
bila mulai mengeras tempa menjadi lembut
bila mulai beku bakar menjadi hangat
dan jadikan putih--- bila mulai karat”


Duhai, wahai, Sang Pembuat Cinta
yang duduk agung di singgasana nurani

Tidaklah hamba ingkar adanya luka
Jikalau tiba saat marah kecewa
tak sepatutnya menorehkan pedih juga
kepahitan yang kini mendera-dera
telah kujadikan tembang kasih

Tembang
Kasih



________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 15 Juni 2010

*) ju•man•ta•ra kl n awang-awang; langit; udara

Hilang Kata

Tak pernah terpikirkan
Setelah pertemuan kesekian
Tiba-tiba hasratku membuncah. Akanmu
entah kemana lagi kucari huruf-
huruf puisi tuk ungkapkan perasaan padamu

Dan siang ini sebenar-benarnya aku ingin
Bertemu denganmu
Berbicara hanya mengenai dirimu
Tentang mata yang seterang bintang kejora
Senyum seindah cahaya purnama
Dan rambut yang berdesir bagaikan angin utara

Ufff.. tapi sudah berapa kali kalimat seksi seperti itu disetubuhi puisi
Entahlah, yang pasti bukan itu yang ingin kupuisikan padamu
siang ini…

“Tlah kupersiapkan bunga anyelir kesukaanmu
Di ruang yang tak tersentuh liarnya angin malam”


_____________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 27 Juni 2010

Cakra

tibatiba aku yang tenggelam di mata sedihku tertawa
dengan nafas masih detak
urat nadi belum putus
kupahami kehidupan mempunyai jalan hidupnya sendiri

biar saat itu mata dibenturkan dengan beriburibu kedukaan
yang bahkan hutan-hutan api melingkar, berkobar
dengan lidah api siap membakar setiap jengkal langkah
tak kuijinkan ketakutan memuja nasib
sebab saat kutanya
nasib itu sendiri pecah tak tahu masa depannya

dan jikalau kini aku dibekap sunyi
kan kukepakkan bulu-bulu sayap
yang aku sulam dari bulu mata kekasih
hingga langit dan malaikat terus bertasbih
memohon pada Khalikul alam
menyematkan mahkota dari untaian doa-doa sulaiman
menjadikan kecantikan balqis telimpuh
di altar Cinta

nasib adalah esok

( lifespirit 2009 )