Jerami
Diposting oleh
Imron Tohari
on Minggu, 27 Juni 2010
Label:
kontemplatif
lukisan diunduh dari Google
Aku cemburu
Bagaimana bisa kau seperti itu
Tabah dalam sakitmu
Harum dalam lukamu
Sebelum garing tubuhmu ditetak
kau tompang bulir-bulir padi merunduk
dan bersama angin, meliuk
mengiringi senyum-senyum yang
asyik bercengkrama di pematang
Engkaulah sebenar-benarnya pecinta
dengan lembut berkata-kata
“Jangan bakar aku
jangan bakar aku
tak ingin asapku koyak moyak jumantara*)
dan lalu meniadakan tawa penggembala
di kala masa”
Jikalau lalu akhirnya awan memecah derai
pergantian hari membusukkan raga
jerami. Adalah darma pecinta
membuat benih jamur tumbuh dari tubuh yang luka
Wahai Sang Pembuat Cinta
yang meniupkan nafas-nafas kehidupan
Dari rahim-rahim tanah yang liat
: Tidaklah hamba seketika akan jadi jerami
kecuali pada angin hamba menitip
abjadabjad yang tersusun dari air mata
serupa mantra
“Tuhan. Dengan panasnya tungku asmara
hati ini
bila mulai mengeras tempa menjadi lembut
bila mulai beku bakar menjadi hangat
dan jadikan putih--- bila mulai karat”
Duhai, wahai, Sang Pembuat Cinta
yang duduk agung di singgasana nurani
Tidaklah hamba ingkar adanya luka
Jikalau tiba saat marah kecewa
tak sepatutnya menorehkan pedih juga
kepahitan yang kini mendera-dera
telah kujadikan tembang kasih
Tembang
Kasih
________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 15 Juni 2010
*) ju•man•ta•ra kl n awang-awang; langit; udara
0 komentar:
Posting Komentar