lukisan by google
Gerimis yang Nyanyi
Dalam hal biasa,
gemericik sungai di belakang rumah hanya bunyi
Tapi kala melaun rindu,
terdengar jerit lelaki tua, dan
kulihat ianya menancapkan gagang pancing di tanah
dengan kedua tangan menggenggam ikan yang menggelepar
Saat kudekati, lelaki tua itu menatapku
ianya berubah kian senja
dengan gerimis yang nyanyi
Jikalau ikan yang menggelepar itu jiwaku
ingin kunikmati malam
tanpa rintik air mata.
_______________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit April 24, 2011
Gerimis yang Nyanyi
Diposting oleh
Imron Tohari
on Sabtu, 23 April 2011
Label:
Puisi kontempelatif
/
Comments: (0)
Enam Tahun Di Hari Kita Layari Cinta
Diposting oleh
Imron Tohari
on Sabtu, 16 April 2011
Label:
puisi cinta
/
Comments: (0)
lukisan by google
Enam Tahun Di Hari Kita Layari Cinta
Tadi malam aku jelau asmara
Di matamu
Di senyummu
Kudapati pohon cinta berbuah rindu
Enam tahun kita layarkan bahtera kasih
Sekian lama pula mimpi bersama
Mengikat tali kemesraan
Mengalunkan senandung hati
Tadi malam saat aku jelau asmara
Angin di luar mengetuk-ngetuk pintu
Kunang menari-nari
Melaun di mekar bunga
O, belahan jiwa
Ini hari kala surya memancar
Menatap langit biru
Asaku tinggi menjulang, sungguh
Di debar jantung ini
Namamu kerinduan abadi
_________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 17 April 2011
Melaun ; Melaun-laun ; Berlama-lama
Enam Tahun Di Hari Kita Layari Cinta
Tadi malam aku jelau asmara
Di matamu
Di senyummu
Kudapati pohon cinta berbuah rindu
Enam tahun kita layarkan bahtera kasih
Sekian lama pula mimpi bersama
Mengikat tali kemesraan
Mengalunkan senandung hati
Tadi malam saat aku jelau asmara
Angin di luar mengetuk-ngetuk pintu
Kunang menari-nari
Melaun di mekar bunga
O, belahan jiwa
Ini hari kala surya memancar
Menatap langit biru
Asaku tinggi menjulang, sungguh
Di debar jantung ini
Namamu kerinduan abadi
_________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 17 April 2011
Melaun ; Melaun-laun ; Berlama-lama
Indonesia Setengah Tiang
Diposting oleh
Imron Tohari
on Selasa, 05 April 2011
Label:
puisi kebangsaan
/
Comments: (0)
Indonesia Setengah Tiang
Di jaman orba
namamu hantu
bagi mereka yang berhati tirani
Di jaman orba
jasadmu tak tertemu
hingga kini
tinggal detak
"Perjuangan belum berakhir!" Katamu
Disimpan di mana
lagu perjuangan
kebangsaan
kepahlawanan
dahulu kala
Disimpan di mana
Bait sakti garuda pancasila
Mantra pancasila dasar yang lima
Maklumat sakti UUD empat lima
Ooooo... diantara kibar sang saka
negeri kembali carut marut
wajah pemerintahan begitu renta
tubuh-tubuh keadilan bungkuk
tak mampu, memanggul beban kejujuran
Kenapa entah
tibatiba pelosok negeri tepuk bergemuruh
tapi darah rakyat terus menetes luka
sementara orang-orang terhormat berebut teriak
:Jiwaku
Indonesia
Dan ianya, tetesan luka itu
kian menderas, menulis nama pada nisan
_____________________________________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 26 Juli 2010. rev 5 April 2011 ( Dari kumpulan puisi “Indonesia Setengah Tiang “ )
Inspirasi : Puisi “Peringatan” Wiji Thukul
Jejak Nafas Di Retak Gelas
Diposting oleh
Imron Tohari
Label:
puisi cinta,
puisi kehidupan,
puisi kontemplatif
/
Comments: (0)
lukisan by google
Jejak Nafas Di Retak Gelas
saat kedukaan menyapa
bibir berbisik
: cinta itu derita, untuknya
kuteguk airmata duka
biar tahu ada nikmat surga
dan kau
kekasih
kala tergenggam tangan
jangan berharap pada cinta
apalagi berfikir akan kesetiaan
mencinta
ada pada
"pisau pisau kematian yang
memutus tali nadi
membuat ludah tak lagi
gelas retak
pun
seperti retak ranting
tanpa bunga
tanpa tipis asap nafas
hingga lidah kaku batu
terbungkus bayang
masa lalu"
oh, kau kekasih
leburlah pada kesakitannmu
ajak kesedihan sebagaimana kesukaan
berjalan
menemu titik
: hening
__________________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit rev 5 April 2011
Inspirasi :
Iwan Gunawan : Segala adalah bagian hidup yang harus kujalani,kusyukuri sebagai bagian dari kuasaku
DaveSky : pisau,ranting,gelas,asap,batu
Hudan Hidayat: Masukan Tipograpipuitika
Jejak Nafas Di Retak Gelas
saat kedukaan menyapa
bibir berbisik
: cinta itu derita, untuknya
kuteguk airmata duka
biar tahu ada nikmat surga
dan kau
kekasih
kala tergenggam tangan
jangan berharap pada cinta
apalagi berfikir akan kesetiaan
mencinta
ada pada
"pisau pisau kematian yang
memutus tali nadi
membuat ludah tak lagi
gelas retak
pun
seperti retak ranting
tanpa bunga
tanpa tipis asap nafas
hingga lidah kaku batu
terbungkus bayang
masa lalu"
oh, kau kekasih
leburlah pada kesakitannmu
ajak kesedihan sebagaimana kesukaan
berjalan
menemu titik
: hening
__________________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit rev 5 April 2011
Inspirasi :
Iwan Gunawan : Segala adalah bagian hidup yang harus kujalani,kusyukuri sebagai bagian dari kuasaku
DaveSky : pisau,ranting,gelas,asap,batu
Hudan Hidayat: Masukan Tipograpipuitika
Kupetakan Rindu Untukmu Di Relung Malam
Diposting oleh
Imron Tohari
on Minggu, 03 April 2011
Label:
puisi cinta,
puisi rindu
/
Comments: (0)
lukisan by google
Kupetakan Rindu Untukmu Di Relung Malam
Diantara suara rintik hujan yang jatuh di atap rumah
seperti halnya malam ini
berapa kali geletar rindu kau tembangkan untukku?
Partitur purba melagukan asmara
kuk kuk burung hantu menawan gelisah
iakah kekasih ingat wangi kenangan masamasa?
Di lautan cinta pergantian cuaca tiada terduga
Gelombang pasang tidak serta merta mudah dibaca
Tatkala melayarinya, tiang layar mesti kokoh terpancang
Dalam kesendirian sunyi senantiasa memantulkan gema
melintasi kurun waktu yang tlah terlewati
Membuka sumbat kerinduan, kudobrak dinding beku
Kupanjatkan doa
menepis suram dan muram
_______________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 3 April 2011
Kupetakan Rindu Untukmu Di Relung Malam
Diantara suara rintik hujan yang jatuh di atap rumah
seperti halnya malam ini
berapa kali geletar rindu kau tembangkan untukku?
Partitur purba melagukan asmara
kuk kuk burung hantu menawan gelisah
iakah kekasih ingat wangi kenangan masamasa?
Di lautan cinta pergantian cuaca tiada terduga
Gelombang pasang tidak serta merta mudah dibaca
Tatkala melayarinya, tiang layar mesti kokoh terpancang
Dalam kesendirian sunyi senantiasa memantulkan gema
melintasi kurun waktu yang tlah terlewati
Membuka sumbat kerinduan, kudobrak dinding beku
Kupanjatkan doa
menepis suram dan muram
_______________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 3 April 2011
Dalam Ngiang
Diposting oleh
Imron Tohari
Label:
puisi cinta
/
Comments: (0)
lukisan by google
Dalam Ngiang
Baru tadi pagi
Masih terngiang di telinga
Bukan suara gemericik air yang
engkau tuang dari teko
Bila suara itu masih ngiang
Akantah segala
Seperti halnya tuangan air dari teko
Gemericik,lalu
Senyap
O, engkau belahan jiwa
Matamu itu
berseakan mau melipat-lipat tubuhku
dan di sudut genangan airmata
tlah kau siapkan meja perjamuan
____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifesprit 2.5.09.rev.3.4.11
Dalam Ngiang
Baru tadi pagi
Masih terngiang di telinga
Bukan suara gemericik air yang
engkau tuang dari teko
Bila suara itu masih ngiang
Akantah segala
Seperti halnya tuangan air dari teko
Gemericik,lalu
Senyap
O, engkau belahan jiwa
Matamu itu
berseakan mau melipat-lipat tubuhku
dan di sudut genangan airmata
tlah kau siapkan meja perjamuan
____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifesprit 2.5.09.rev.3.4.11