Gedung yang Berkelakar
Diposting oleh
Imron Tohari
on Kamis, 31 Maret 2011
Label:
puisi kebangsaan
/
Comments: (0)
Wah musim senda
Gedung Dewan bersolek
Penghuninya beradu cidera
@ " Gedung yang Berkelakar " by lifespirit 1 April 2011
Membincangkan Engkau Pada Langit
Diposting oleh
Imron Tohari
Label:
puisi cinta
/
Comments: (0)
lukisan by google
Membincangkan Engkau Pada Langit
1/
bagiku, malam adalah ruang
tempat aku berbincang dengan langit
langit tempat bertemu pisah bintang-bintang
juga bulan yang tibatiba tinggal setengah
karena bulan yang setengah itu
retak-retak asmara
yang kau tinggal di mataku
“bilakah cinta kita pasrahkan pada nasib
sedang nasib itu sendiri saat kutanya
kaku
batu”
2/
saat mengingatmu
biar kukepakkan bulu-bulu sayap di jantung
yang aku sulam dari rampai airmata doa-
doa membuat langit dan malaikat terus bertasbih
iakah itu engkau yang berjalan di palung malam
menanamkan airmatamu di bola mataku
( lifespirit, 2010 )
Membincangkan Engkau Pada Langit
1/
bagiku, malam adalah ruang
tempat aku berbincang dengan langit
langit tempat bertemu pisah bintang-bintang
juga bulan yang tibatiba tinggal setengah
karena bulan yang setengah itu
retak-retak asmara
yang kau tinggal di mataku
“bilakah cinta kita pasrahkan pada nasib
sedang nasib itu sendiri saat kutanya
kaku
batu”
2/
saat mengingatmu
biar kukepakkan bulu-bulu sayap di jantung
yang aku sulam dari rampai airmata doa-
doa membuat langit dan malaikat terus bertasbih
iakah itu engkau yang berjalan di palung malam
menanamkan airmatamu di bola mataku
( lifespirit, 2010 )
Doa Di Ujung Tubir
Diposting oleh
Imron Tohari
on Rabu, 30 Maret 2011
Label:
Puisi kontempelatif
/
Comments: (0)
lukisan by google
Doa Di Ujung Tubir
Pada lelakon kehidupan
kala melihat padi mulai menguning
serta mendengar kicau burung prenjak di antara hunian
lalu tiba-tiba datang badai
dalam fikiran orang tak beriman
kalimat syukur
tersungkur
mati
O, betapa rimbun dosa dalam kefakiran
hingga kering samudera airmata
pikiran menghamba
sedang hati tiada dalam penghambaan
Jiwa,o,jiwa
bertanya
sebatas doa-
doa berharap berkah
Sansai,o, sansai
_____________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 30 March 2011
san•sai Mk a 1 banyak derita; sengsara; 2 sedih sekali
Doa Di Ujung Tubir
Pada lelakon kehidupan
kala melihat padi mulai menguning
serta mendengar kicau burung prenjak di antara hunian
lalu tiba-tiba datang badai
dalam fikiran orang tak beriman
kalimat syukur
tersungkur
mati
O, betapa rimbun dosa dalam kefakiran
hingga kering samudera airmata
pikiran menghamba
sedang hati tiada dalam penghambaan
Jiwa,o,jiwa
bertanya
sebatas doa-
doa berharap berkah
Sansai,o, sansai
_____________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 30 March 2011
san•sai Mk a 1 banyak derita; sengsara; 2 sedih sekali
Amar Cinta
Diposting oleh
Imron Tohari
Label:
puisi cinta,
puisi rindu
/
Comments: (0)
Gambar diunduh via google
Amar Cinta
Tak kuhitung berapa purnama
Jarak memisah raga; Sungguh
Memeluk Siluet bayangmu
Di jantungku
Ingin kusulang
Secawan tirta
Memindai suka
Pada detak luka
“ Dan ini madah cinta
Untukmu
Kutoreh dengan airmata bulan"
_________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 19 Feb 2010
madah n 1 kata-kata pujian; 2 ki kata; berpanjang
--, berkata (menerangkan dsb)
dng panjang lebar
amar n suruhan; perintah
Amar Cinta
Tak kuhitung berapa purnama
Jarak memisah raga; Sungguh
Memeluk Siluet bayangmu
Di jantungku
Ingin kusulang
Secawan tirta
Memindai suka
Pada detak luka
“ Dan ini madah cinta
Untukmu
Kutoreh dengan airmata bulan"
_________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 19 Feb 2010
madah n 1 kata-kata pujian; 2 ki kata; berpanjang
--, berkata (menerangkan dsb)
dng panjang lebar
amar n suruhan; perintah
Jiwa yang Tersalib
Diposting oleh
Imron Tohari
on Minggu, 27 Maret 2011
Label:
puisi cinta,
puisi kehidupan,
Puisi kontempelatif
/
Comments: (0)
lukisan by google
Jiwa yang Tersalib
Temaram sisakan bayang
Satu pohon di halaman
Oh, ranting itu terlalu ringkih
menahan jatuh helai dedaun
di ujungnya
diri ini pun letih, tapi
Ianya, pohon itu
berseakan bicara padaku
“Jika engkau ingin memahami cinta itu seperti apa
pahamilah seberapa kuat nafsu keduniawian menyalibmu”
__________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 27 Maret 2011
Jiwa yang Tersalib
Temaram sisakan bayang
Satu pohon di halaman
Oh, ranting itu terlalu ringkih
menahan jatuh helai dedaun
di ujungnya
diri ini pun letih, tapi
Ianya, pohon itu
berseakan bicara padaku
“Jika engkau ingin memahami cinta itu seperti apa
pahamilah seberapa kuat nafsu keduniawian menyalibmu”
__________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 27 Maret 2011
Aku Dan Kekasih
Diposting oleh
Imron Tohari
on Sabtu, 26 Maret 2011
Label:
puisi cinta
/
Comments: (0)
lukisan by google
Aku Dan Kekasih
iakah rasa itu pertanda cinta? tanya kekasih
aku bilang pejamkan mata
biar telinga syahdu mencumbu
gemericik jernih air sungai mengalir
lalu kekasih berkata-kata tentang cinta dan ikrar
aku bilang, saat asmara berpeluk
buka mata dan telinga batin
dan dengar bunyi kuk kuk burung hantu dalam kesunyian
bilakah cinta itu mengada ? tanya kekasih
saat semua diam
lalu engkau sandarkan kepala di dadaku
______________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 27 March 2011
Aku Dan Kekasih
iakah rasa itu pertanda cinta? tanya kekasih
aku bilang pejamkan mata
biar telinga syahdu mencumbu
gemericik jernih air sungai mengalir
lalu kekasih berkata-kata tentang cinta dan ikrar
aku bilang, saat asmara berpeluk
buka mata dan telinga batin
dan dengar bunyi kuk kuk burung hantu dalam kesunyian
bilakah cinta itu mengada ? tanya kekasih
saat semua diam
lalu engkau sandarkan kepala di dadaku
______________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 27 March 2011
Pohon Cinta yang Kutanam Dari Benih Kerinduan
Diposting oleh
Imron Tohari
Label:
puisi cinta
/
Comments: (0)
lukisan by google
Pohon Cinta yang Kutanam Dari Benih Kerinduan
ada pohon cinta di kebun jiwa
dan aku menabur benihnya dari kerinduan
saat ianya berbuah
kubiarkan ranumnya
meniup pergi kenangan pedih
mencintaimu
halnya kunang menerobos rimbun malam
menari-nari di bawah pohon cinta
memberi cahaya
o, mencintaimu
seperti aku yang tak lelah bertanya
bagaimana caraku membuatmu bahagia
__________________________________________
@ Imron Tohari - lifespirit 27 Maret 2011
Pohon Cinta yang Kutanam Dari Benih Kerinduan
ada pohon cinta di kebun jiwa
dan aku menabur benihnya dari kerinduan
saat ianya berbuah
kubiarkan ranumnya
meniup pergi kenangan pedih
mencintaimu
halnya kunang menerobos rimbun malam
menari-nari di bawah pohon cinta
memberi cahaya
o, mencintaimu
seperti aku yang tak lelah bertanya
bagaimana caraku membuatmu bahagia
__________________________________________
@ Imron Tohari - lifespirit 27 Maret 2011
Asmara yang Selama Ini Meremas Remuk Rindu Rumah
Diposting oleh
Imron Tohari
on Minggu, 20 Maret 2011
Label:
puisi cinta,
puisi kehidupan
/
Comments: (0)
lukisan by google
Asmara yang Selama Ini Meremas Remuk Rindu Rumah
Lentera di bilik hati tibatiba menyala
Suara sepi menegur
Berseakan melipat kenangan usang
Engkau bukan perempuanku
Tak usah lambai memanggil
Malam tanpa bulan
Di pangkuan bunda
Setangkup kembang menitikkan airmata
____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 20 March 2011
Asmara yang Selama Ini Meremas Remuk Rindu Rumah
Lentera di bilik hati tibatiba menyala
Suara sepi menegur
Berseakan melipat kenangan usang
Engkau bukan perempuanku
Tak usah lambai memanggil
Malam tanpa bulan
Di pangkuan bunda
Setangkup kembang menitikkan airmata
____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 20 March 2011
Titik Nol
Diposting oleh
Imron Tohari
on Sabtu, 19 Maret 2011
Label:
puisi cinta,
puisi kehidupan
/
Comments: (0)
lukisan by google
Titik Nol
“Saat tubuh menyatu
Kau gurat seluruh
Dengan bahasa cinta
Nafas menderu
Inikah ritus kehidupan dalam bercinta?” tanyamu
O, perempuanku
Tlah kita arungi bersama hari-hari
Jikalau purna purnama memerah saga
Jantung kita saling mencabik
Matikan api amarah
Dan kita merebah ,o, perempuanku
Di lengking suara
Ada beribu titian
Antara ku,mu
Ada Ning
_____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 20 March 2011
Titik Nol
“Saat tubuh menyatu
Kau gurat seluruh
Dengan bahasa cinta
Nafas menderu
Inikah ritus kehidupan dalam bercinta?” tanyamu
O, perempuanku
Tlah kita arungi bersama hari-hari
Jikalau purna purnama memerah saga
Jantung kita saling mencabik
Matikan api amarah
Dan kita merebah ,o, perempuanku
Di lengking suara
Ada beribu titian
Antara ku,mu
Ada Ning
_____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 20 March 2011
Bila Harus Hidup Memang Seperti Itu Kehidupan
Diposting oleh
Imron Tohari
on Senin, 14 Maret 2011
Label:
puisi kehidupan
/
Comments: (0)
lukisan by google
Bila Harus Hidup Memang Seperti Itu Kehidupan
bila sampai kini aku masih hidup
biar berlaksa tajam pedang menghadang
dan juga belantara kabut menghalang pandang
aku akan terus berjalan …
menggulat luka
berkelakar dengan darah cinta
pada jalan kehidupan
tangis, tawa, hanya senandung
seperti kala kemarau bunga berguguran
lalu merimbun hijau disaat musim semi
dan musim semi itu
---aku
_______________________________________
@ lifespirit 27.6.10/rev.14.3.11
Bila Harus Hidup Memang Seperti Itu Kehidupan
bila sampai kini aku masih hidup
biar berlaksa tajam pedang menghadang
dan juga belantara kabut menghalang pandang
aku akan terus berjalan …
menggulat luka
berkelakar dengan darah cinta
pada jalan kehidupan
tangis, tawa, hanya senandung
seperti kala kemarau bunga berguguran
lalu merimbun hijau disaat musim semi
dan musim semi itu
---aku
_______________________________________
@ lifespirit 27.6.10/rev.14.3.11
Kalam
Diposting oleh
Imron Tohari
on Minggu, 13 Maret 2011
Label:
puisi kehidupan
/
Comments: (0)
duduk di beranda berteman secangkir kopi pada senja temaram senantiasa membangkitkan kenangan yang di dalam lorong kenangan itu kujumpai diri berkaca pada cermin dan cermin itu kemaluan ku mu nya yang senantiasa bertanya gerangan apa menjadikan ragu dalam kehidupan ini sedang kehidupan sendiri sedemikian lekat di detak nafas sambil tiada henti berteriakteriak baca kalam baca kalam baca kalam.
( "Kalam" by lifespirit 20 Februari 2011 )
Asmaraloka
Diposting oleh
Imron Tohari
on Rabu, 09 Maret 2011
Label:
puisi cinta,
puisi kehidupan
/
Comments: (0)
lukisan diunduh dari google
Asmaraloka
Kukulum bayang di reruntuhan petang
gelinjang sesak rebah telentang
aku
dibekap kenang
Oolala …
Telikung senyummu di kelok wajah
merobek awan
kuyup tubuh tertumpah hujan, dan
Jiwaku melayang menelusuri ribuan dimensi
awan, o, awan menggulat perkasa bulan
hingga pendar temaram
dalam bayang reruntuhan kelam
atmaku melihat, bahkan Hidimbi harus mohon sasmita Kunti
“ O, Dewi Kunti sang ibu
kala kejujuran
kesetiaan
tak cukup memikat hati Bimasena
aku Hidimbi menangis, o, Dewi Kunti sang ibu
tidakkah Ianya, Bimasena itu abdi Dewa nan perkasa?”
Kukulum bayang di reruntuhan petang
gelinjang sesak rebah telentang
aku
dibekap kenang
dan kini mata jiwaku melihat
airmata hati berderai
membentuk kolam
di sana merekah bunga seroja
bermandi cahaya di bulat daun
butir air menggelinding
dua katak ,mesra
hilang Hidimbi, dan Ianya menjelma Arimbi nan jelita
Bimasena pun akhirnya terpanah asmara
Dewi Kunti, o, Dewi Kunti sang ibu, iakah itu cinta?
_____________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 5.11.2008/rev/9.3.2011
Asmaraloka ; dunia (alam) cinta kasih
Asmaraloka
Kukulum bayang di reruntuhan petang
gelinjang sesak rebah telentang
aku
dibekap kenang
Oolala …
Telikung senyummu di kelok wajah
merobek awan
kuyup tubuh tertumpah hujan, dan
Jiwaku melayang menelusuri ribuan dimensi
awan, o, awan menggulat perkasa bulan
hingga pendar temaram
dalam bayang reruntuhan kelam
atmaku melihat, bahkan Hidimbi harus mohon sasmita Kunti
“ O, Dewi Kunti sang ibu
kala kejujuran
kesetiaan
tak cukup memikat hati Bimasena
aku Hidimbi menangis, o, Dewi Kunti sang ibu
tidakkah Ianya, Bimasena itu abdi Dewa nan perkasa?”
Kukulum bayang di reruntuhan petang
gelinjang sesak rebah telentang
aku
dibekap kenang
dan kini mata jiwaku melihat
airmata hati berderai
membentuk kolam
di sana merekah bunga seroja
bermandi cahaya di bulat daun
butir air menggelinding
dua katak ,mesra
hilang Hidimbi, dan Ianya menjelma Arimbi nan jelita
Bimasena pun akhirnya terpanah asmara
Dewi Kunti, o, Dewi Kunti sang ibu, iakah itu cinta?
_____________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 5.11.2008/rev/9.3.2011
Asmaraloka ; dunia (alam) cinta kasih
Nyanyi Ilalang
Diposting oleh
Imron Tohari
on Sabtu, 05 Maret 2011
Label:
Puisi kontempelatif,
puisi sufistik
/
Comments: (0)
lukisan diunduh dari google
Nyanyi Ilalang
Bersembunyi keajaiban di ilalang
Tiada bening getah
kecuali tajam daunnya menyayat degup
dan darah pecinta mengucur
duka;lara,suka;cita,menjelma berlaksa aksara
Makan ilalang itu,bila semanis nira
itulah hikmah
Ilalang adalah ilalang, angin itu pejalan alam,mematik nada
Jadi jangan berharap desau membuat ianya bersiul
kecuali,ambil ilalang itu biar gemetar bibir menyiul sesal
bila tidak sumbang,pertanda terang meniadakan gelap samsara
Sudah! berhenti berkata-kata Bakar ilalangilalang itu
bila masih tersimpan gulana
pertanda jiwa belum tinggalkan kefanaan
________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit,6.12.09.rev.2.3.11
Nyanyi Ilalang
Bersembunyi keajaiban di ilalang
Tiada bening getah
kecuali tajam daunnya menyayat degup
dan darah pecinta mengucur
duka;lara,suka;cita,menjelma berlaksa aksara
Makan ilalang itu,bila semanis nira
itulah hikmah
Ilalang adalah ilalang, angin itu pejalan alam,mematik nada
Jadi jangan berharap desau membuat ianya bersiul
kecuali,ambil ilalang itu biar gemetar bibir menyiul sesal
bila tidak sumbang,pertanda terang meniadakan gelap samsara
Sudah! berhenti berkata-kata Bakar ilalangilalang itu
bila masih tersimpan gulana
pertanda jiwa belum tinggalkan kefanaan
________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit,6.12.09.rev.2.3.11
Hilang Basmalah
Diposting oleh
Imron Tohari
on Jumat, 04 Maret 2011
Label:
puisi kebangsaan,
puisi tanah air
/
Comments: (0)
lukisan diunduh dari google
Hilang Basmalah
Tindih menindih kian sengkarut
Pedih tersembilu di sudut kelu
Tatas merentas doa tersebut
Nurani lunglai tertunduk membisu
Apatah yang kau cari, tuan diraja?
Jiwa Negeri hancur terburai
Airmata mengalir enggan merinai
Surya terpejam kian tercerai
Tersekat awan pun, batin terkulai
Luruh,o, begitu luruh menyeluruh
Hancur merepih cermin rupa
Gelap meruang tanpa cahaya
Benar salah hilang basmalah
Lihat tuan, debu mengabu
Engkau tepikan kemana doa ibu
_____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 26 Februari 2011
Hilang Basmalah
Tindih menindih kian sengkarut
Pedih tersembilu di sudut kelu
Tatas merentas doa tersebut
Nurani lunglai tertunduk membisu
Apatah yang kau cari, tuan diraja?
Jiwa Negeri hancur terburai
Airmata mengalir enggan merinai
Surya terpejam kian tercerai
Tersekat awan pun, batin terkulai
Luruh,o, begitu luruh menyeluruh
Hancur merepih cermin rupa
Gelap meruang tanpa cahaya
Benar salah hilang basmalah
Lihat tuan, debu mengabu
Engkau tepikan kemana doa ibu
_____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 26 Februari 2011
Jiwa yang Hening
Diposting oleh
Imron Tohari
Label:
puisi kehidupan,
Puisi kontempelatif,
puisi sufistik
/
Comments: (0)
lukisan diunduh dari google
Jiwa yang Hening
Dalam pelayaran di lautan kehidupan
beribu kali kucoba lepaskan atma dari keterikatan perahu ragaku
Di antara gelombang pikiran, kuajak ianya
menyelam di kedalaman samudra hening
mengumpulkan serpihan doa yang tenggelam di mata sedihku
Dan tibatiba atmaku tertawa
Dengan nafas masih detak
urat nadi belum putus
kupahami kehidupan mempunyai jalan hidupnya sendiri
bahkan biar saat itu mata dibenturkan dengan beriburibu kedukaan
yang bahkan hutan-hutan api melingkar, berkobar
dengan lidah api siap membakar setiap jengkal langkah
saat kutanyakan itu pada nasib
nasib itu sendiri bisu batu
Jikalau kini hanya hening
Di altar Cinta tiada yang namanya nasib
Kecuali aku kian menjauh dari jalan menuju keabadian
( Imron Tohari _ lifespirit 4 Maret 2011 )
Jiwa yang Hening
Dalam pelayaran di lautan kehidupan
beribu kali kucoba lepaskan atma dari keterikatan perahu ragaku
Di antara gelombang pikiran, kuajak ianya
menyelam di kedalaman samudra hening
mengumpulkan serpihan doa yang tenggelam di mata sedihku
Dan tibatiba atmaku tertawa
Dengan nafas masih detak
urat nadi belum putus
kupahami kehidupan mempunyai jalan hidupnya sendiri
bahkan biar saat itu mata dibenturkan dengan beriburibu kedukaan
yang bahkan hutan-hutan api melingkar, berkobar
dengan lidah api siap membakar setiap jengkal langkah
saat kutanyakan itu pada nasib
nasib itu sendiri bisu batu
Jikalau kini hanya hening
Di altar Cinta tiada yang namanya nasib
Kecuali aku kian menjauh dari jalan menuju keabadian
( Imron Tohari _ lifespirit 4 Maret 2011 )