Nyanyian Rindu Di Bawah Pohon YangLiu


lukisan diunduh :http://www.chinahighlights.com/image/travelguide1/culture/chinese-calligraphy/9chinese-painting.jpg

Nyanyian Rindu Di Bawah Pohon Yang Liu

Sulang kata Kwek Li Na & Imron Tohari, 17 Nov 2010
Taiwan – Mataram


disemilir angin dingin yang mengirim gigil.
aku mencoba mengais hangat di antara bara puisi.
segala tentangmu menjadi percik cahaya api
.

sebegitu rindu hati ini
diantara semilir angin desir
suara-suara daun bambu bergesek
memuisikan setangkup bayang wajahmu
o,gemerisik daun bambu mengingatkanku
tentang sebatang pohon Yang Liu yang katamu
setia menanti angin utara datang membawa kabar
tentang kekasih, dan kekasih itu : aku

di bawah Yang Liu, aku dalam diam
menatap ke ujung samudera
mencoba menghitung purnama
kekasih di cinta berkelana
kini tak tahu di mana?

sehari sebuah puisi
ribuan lembar sudah jadi
pertanda waktu seperti kedipan mata
masa muda berlalu, uban memenuhi kepala

rindu dan harapan saling mencumbu
berharap merak, jalak, camar, phoenix, bio mau berbaik hati
membawa kabar darimu
yang selalu kurindu


berdiri di alam bebas
mengingatmu semakin diri tertelan sepi
beribu malam tlah terlewat
impian indah senantiasa menyisakan kenang
mengayuh sampan di ombak rindu
kenapa mesti sampan hati bergoyang?

rindu dan harapan itu niscaya
seperti kala memelukmu di bawah pohon Yang Liu
dan mendengar tawamu mendetak-detakkan jantungku
lalu mestikah rindu itu kini cemas mengendap?

memandang air
melihat angkasa
meratap takdir
kenapa mempermainkan manusia?

dua jiwa saling mencinta
karena kemiskinan mesti berpisah raga
dunia, kenapa dua keinginan tak mungkin dalam satu sampan
merantau kau jadikan pilihan, jalan rindu kita jadikan titian

angin jangan berhenti
tiuplah hati kami sampai bertemu lagi
nasib jangan berkelakar
satukan cinta kami sebelum fajar


menatap langit
aku hisap udara nan semilir dalamdalam
cinta kasih kehidupan adalah jalan rindu
bersatu atau terpisah jarak, tidak semestinya
tabib cinta yang ada dalam diri patah hati
sedang tujuh pintu langit kebaikan di dalam atma
mestikah kita masih menyalahkan takdir?

kasih, di lautan rindu hati ini
biar kenangan indah menjadi gunung doadoa
dan tak semestinya kita sesali rambut putih
yang memuisikan nestapa.

tatkala malam
tak paham
bagaimana hati memendam rindu
sunyi mengantar getir yang pilu

seperti musim datang dan pergi
di atas puisi kutulis beberapa baris airmata
kupetik kecapi
lewat samudera kuhantar getar asmara

_____________________________________________
@ Kwek Li Na & lifespirit _ 17 November 2010

0 komentar:

Posting Komentar