gambar diunduh http://dalmuji.files.wordpress.com
Panggilan Padang
saat matahari tertelan angkara
di puncak gunung para dewa
halilintar menyambar
mengkoyak langit
di altar api
atma suci tercabik
berlaksa ketakutan tunduk mengkerak
airmata berharap berkah roh suci
menyeru titisan ksatria dewata
melebur pada jiwa-jiwa sujati
duhai wahai engkau para ksatria
tombak api hati genggamlah
kibarkan panjipanji kebenaran
agar nyanyian dewa
kembali bergema
_____________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 010108/rev/11209
Panggilan Padang
Diposting oleh
Imron Tohari
on Senin, 30 November 2009
Label:
puisi kehidupan dan kekuasaan
/
Comments: (0)
Air Mata Bulan
Diposting oleh
Imron Tohari
on Kamis, 26 November 2009
Label:
puisi relegi
/
Comments: (0)
Gambar pendukung diunduh http://media.photobucket.com/image/airmata%20diatas%20sajadah/kuliwarnet/Private/ResizeofResizeofResizeoffoto1.jpg
Air Mata Bulan
#1
Pada pencarian Tuhan
Roh; halnya jiwa
Seperti angin
Membebaskan diri melewati lekuk
lembahlembah
Palungpalung
Bukitbukit
melafalkan ritual sunyi
Oo,duka,o
Setubuhi kedukaan
Oo,sepi,o
Setubuhi kesepian
Oo, sendiri,o
Setubuhi kesendirian
#2
Adakah Tuhan itu?
Hasrat berkehendak
Memberi kesakitan-kesakitan pikiran
Menjadikan kegilaan
Azab
Petunjuk adanya hakikat
Keingintahuan tentang Tuhan
Menjadikan nafas terbawa sunyi
Menata piala-piala cinta
#3
Dari Timur sampai Barat
Matahari membakar hati pecinta
Menetes air mata bulan
Cahaya jatuh di atap mihrab
Mencumbu lidah api kesepian
Mencecap lidah air kedukaan
Mengunyah lidah angin kesendirian
Pencarian Tuhan itu…
Pelukis yang tibatiba kuasnya terhenti di kanvas
Tak! bisa melukis Tuhan
Kecuali mabuk anggur dan berkata-kata
“ Lukisan,
adanya seniman,
tidakkah itu cukup pertanda,
adanya Tuhan?”
Imron Tohari ( ID : lifespirit, Mataram /rev/9/27/1109 )
MEMANAH BULAN
Diposting oleh
Imron Tohari
on Selasa, 24 November 2009
Label:
puisi cinta
/
Comments: (0)
Gambar diunduh http://lh4.ggpht.com/_j7xmdpSBFF4/SeizuWbKhyI/AAAAAAAAHnw/8xTG34pZo6g/s576/photo_wajah_12_2008__13-44-18_500x250.jpg
MEMANAH BULAN
#1
Dalam secarut rindu
Selalu ada namamu
menggetarkan seluruh isi kepala
Membuat otak dan selaput lain mengembara
ke alam nirwana
Menyapukan segenap resah
dalam lekuk pikiran
menyita Ragaku
ketika kau diam
bisu
di balik matahari…
#2
sejauh kau layar rindu dalam arung kata
aku masih di sini
menatap dinding-dinding kenang
kusentuh seluruh
butir-butir airmata nestapa
kuabadikan pada nyanyian embun
tentang jejakjejak rindu
o, segala manikam
rasa
menggurat senja
dengan air mata
sukma menyatu
di bingkai bianglala
mestikah kau meragu setia?
dalam diam-ku
sering kutatap
: langit masih biru
bulan jatuh di kerling matamu
_________________________________________________________________
@ Nona Muhtar _ Imron Tohari ( Sajak bersulang), 24 November 2009
“Tersenyum” Sajak Terhebat Di Imajinasiku
Diposting oleh
Imron Tohari
on Kamis, 19 November 2009
Label:
puisi kehidupan kekuasaan kebangsaan
/
Comments: (0)
Gambar disunting http://inilah.com/data/berita/foto/176899.jpg
lukisan diunduh http:http://media.vivanews.com/images/2009/11/05/79208_anggodo_widjodjo_dimintai_keterangan_oleh_tpf.jpg
di acara-acara TV
para birokrat;politisi;penegak hukum
tersenyum
sibuk memperbaiki citra diri
di depan TV
orang-orang sibuk gonta-ganti chanel
tersenyum
Masalah Negara jadi komoditi Iklan
di acara-acara TV
pemburu berita
tersenyum
tidak sadar Negara dan Bangsa digadai; terancam mati suri
di depan TV
api mataku menjilat seluruh
tersenyum
wajahwajah serupa jalang; umpatan yang pantas untuk para pejabat korup
berlomba mengunyah kemaluannya sendiri
________________________________________________
@ Imron Tohari_lifespirit, 20 November 2009
Terinspirasi : tersenyum lalu kembali lagi ke tempat duduk semula hehe _ Hudan Hidayat
KULTUM
Diposting oleh
Imron Tohari
on Rabu, 18 November 2009
Label:
puisi relegi cinta
/
Comments: (0)
gambar diunduh http://gallery.photo.net/photo/144827-md.jpg
Kultum
merapat tubuh, gelar sajadah
makin merapat kencang laju goda
O!
kutatap mihrab
masih kiblat!
sekalipun!
kencang godaan menghantam
sekalipun!
onak semakin belukar
jangan biarkan angin membisik
sebab angin tak punya hati
dari barat dia ke timur, dari timur dia ke barat
masihkah kau terbuai kerling angin
sajadah,sajadah,sajadah selalu merebah
tercium wangi diantara dua alis
o, kekasih
mihrab aku
; tetap kiblat muhammad.
______________________________________________
@ Ilan & lifespirit, 18 November 2009
MUARA RASA
Diposting oleh
Imron Tohari
on Selasa, 17 November 2009
Label:
Sajak liris cinta spiritual kehidupan
/
Comments: (0)
Visual gambar diunduh http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/87/William_Blake_Kain_dan_Habel.jpg/300px-William_Blake_Kain_dan_Habel.jpg
MUARA RASA
Pada hujan, kubiarkan roh-ku berbasah basah menyusuri rimba belantara jiwa.
Segala pandang, yang kulihat bunga-bunga mawar merekah, kelopak indahnya tersenyum saat aroma wangi bunga terbawa bayu.
Lembut kusentuh benang sarinya; sambil bertanya gerangan apa yang dia rasa tentang cinta.
Hujan kian deras, butir-butir air menerpa tubuh mawar, melayuk ; seakan berkidung
“Aku ingin mencinta!, dengan cinta akan kuberikan wangi pada kupu,kumbang,dan kubiarkan angin mencium segenap rasa, lalu memyebarkan wangi pada manusia.
Aku tidak mau dicinta!, kala senyum rekah, atas nama cinta manusia memetikku, menciumku sebelum akhirnya menaruh tubuhku pada vas penuh tirta, namun tidakkah dia tahu, atas nama cinta, esok aku layu, dan mati.
Ya! Wahai roh yang mengembara!
Aku tidak ingin dicinta, kecuali mencinta!
Selayaknya purnama memberi cahaya pada malam”
Roh jiwaku terus berjalan, sampai pada suatu tempat, kudapati tanah yang subur, tapi di sana tidak aku lihat banyak pohon dan satwa yang menemani, kecuali bekas-bekas galian dibiarkan lubang menggangga. Lalu kutanya tanah tersebut, gerangan apa yang dia rasa tentang cinta?.
Tanah galian yang ku tatap seakan teriak;
“ Lihat aku! Lihat aku!
Aku tidak mau mencinta!, lebih baik dicinta!, betapa seluruh tubuhku terkoyak oleh ulah manusia, sedangkan banyak sudah kasih kuberikan padanya, tapi mereka hanya mau menikmati kekayaanku saja, bahkan saat kini langit menangis,gunung bersendawa,dan angin merajuk, aku tidak bisa lagi menenangkannya.
Lupakah mereka akan kasihku, hingga tiada,pun, aku masih setia memeluk jasad kakunya.
Lihat aku! Lihat aku!
Aku ingin dicinta!, selayaknya air yang terkumpul di lembar daun seroja”
Tiba-tiba roh jiwaku serasa terbetot ke lubang yang teramat dalam. Lubang yang aku sendiri tak tahu batas akhirnya. Sampai saat kesadaran jiwaku itu kembali, pun aku masih belum menemukan jawab ; sebenarnya mencinta atau dicinta yang diperlukan dalam hidup ini?
“Sedang mencinta atau dicinta
muara dari rasa.”
_______________________________________
@ Imron Tohari,lifespirit 11.1.09/rev.17.11.09
masukan revisi pada karya ini by “Iruw Harden”
Di Ruang Redup
Diposting oleh
Imron Tohari
on Senin, 16 November 2009
Label:
puisi cinta
/
Comments: (0)
Visual gambar diunduh http://1.bp.blogspot.com/_1m_vKKazA2Y/Sa9aueFKPMI/AAAAAAAADS8/sryY1-WO8ko/s400/sepi.jpg
Di Ruang Redup
sepikan diri di sebalik cahaya temaram; kulihat kau duduk di lantai
kening dan tangan bercerita tentang embun
embun yang katamu meniadakan dedaunan dari layu
embun yang katamu rela dirinya ditangkup sunyi
embun yang katamu setiap pagi memberi senyum mentari
benarkah seperti itu?
Sebalik sepi
temaram cahaya
diammu
bicara
“bukan embun seperti itu yang ingin ku ceritakan…”
____________________________________________________
@ Imron Tohari_lifespirit 16 November 2009
Kaukah itu, yang menantiku?
Diposting oleh
Imron Tohari
Label:
puisi cinta
/
Comments: (0)
Visual diunduh dari http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2009/08/20/article-1207876-061E5912000005DC-413_468x416.jpg
Kaukah itu yang menantiku?
di alir sungai
kau larung kelopak-kelopak bunga mawar
Saat kau kutanya: kenapa itu kau lakukan
kau tertawa, dan
pipimu memerah ; saat kau berkata
"bunga mawar ini memberi harumnya padaku
dan ku ingin bunga mawar ini
membagi harum pada seseorang yang berdiri menanti
di ujung sungai"
______________________________________________
@ Imron Tohari_lifespirit 16 November 2009
TUDUNG BULAN
Diposting oleh
Imron Tohari
on Kamis, 12 November 2009
Label:
puisi relegi kehidupan
/
Comments: (0)
Visual gambar http://www.galeri-nasional.or.id/galeri-nasional/data/upimages/Sudjana_Kerton.gif
TUDUNG BULAN
#1
Cium aku: Kekasih
Sebentar saja
Sebelum terbakar
Juntai rambut
Luruh
Menunduk
Kosong
Tangan meraba
Tanah-tanah roh
Memecah
Mencekik leher
#2
Cium aku: Kekasih
Sebentar saja
Sebelum airmata kering
Sisa bulan
Bertudung
_____________________________________
@Imron Tohari, lifespirit 13 November 2009
SANGKA(KALA)
Diposting oleh
Imron Tohari
on Senin, 09 November 2009
Label:
Puisi tema motivasi kehidupan
/
Comments: (0)
Gambar diunduh :http://media.photobucket.com/image/kapal%20layar%20di%20tengah%20samudra/modernprimate/Ghost-Ship.jpg
SANGKA(KALA)
Pada lembar-lembar sejarah,
Bintang
Leluhur memberi arah berlayar
Laut
Ibu, di sana ikan berloncatan kearah sampan nelayan, dan
Pada tetesan peluh bapakku
Matahari membakar legam kulit
Membaptis peluh bapak menjadi Elang.
Padapada lembah, gunung, hutan
Pekik Elang laksana kidung para ksatria
Beriring samudra mengawan beku
Rinai manikam menguntai khatulistiwa.
Aku
Titisan lembar-lembar sejarah
Meringkuk, melayuk
Pada layar putih
Durjana meraja
Bersulang…!
Di batas kemiringan mayapada
Sayap-sayap patah
Pekik Elang parau tertelan tangis
Hutan,lembah,gunung; menyumpah serapah
Kegelapan
Tak ada terang pada mata(hari)
Jasad-jasad berserak
Terbujur kaku terkubur Air mata
Pedih!
Deras sangka(kala)
Terbelah
Tujuh gugusan angkasa
Tergenangi
Tujuh quantum lapisan bumi
Terkoyak
Empat penjuru mata angin kedamaian
Jiwa-jiwa bahari
Aku
Berontak
Aku
Meradang
“Pada lembar-lembar sejarah
Bila jantung berdegup
Lembar-lembar sejarah
Esok,”
______________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 9.1.09/rev/10.11.09
HAKIKAT
Diposting oleh
Imron Tohari
Label:
puisi relegi
/
Comments: (0)
lukisan http://agesvisual.files.wordpress.com/2007/09/alit-ambara.jpg
Hakikat
“Lukisan adanya seniman
Seperti juga alam, semesta
Iakah cukup sebagai penanda
Tuhan?”
Hasrat berkehendak
Memberi kesakitan-
Kesakitan pikiran
Dan kegilaan
Adanya azab
Petunjuk akan hakikat
Adakah Tuhan itu?
Keingintahuan tentang Tuhan
Menjadikan nafas terbawa sunyi
Menata piala-piala cinta
Pada pencarian
Roh dan jiwa itu angin
Membebaskan diri melewati lekuk
Lembah-lembah
Palung-palung
Bukit-bukit
Melafalkan ritual sunyi
Oo,duka,o
Setubuhi kedukaan
Oo,sepi,o
Setubuhi kesepian
Oo, sendiri,o
Setubuhi kesendirian hingga
Cahaya di atas mihrab
_________________________________________________________________
Imron Tohari ( ID : lifespirit, Mataram 9.11.09/rev 18 Mei 2011 )
Hakikat
“Lukisan adanya seniman
Seperti juga alam, semesta
Iakah cukup sebagai penanda
Tuhan?”
Hasrat berkehendak
Memberi kesakitan-
Kesakitan pikiran
Dan kegilaan
Adanya azab
Petunjuk akan hakikat
Adakah Tuhan itu?
Keingintahuan tentang Tuhan
Menjadikan nafas terbawa sunyi
Menata piala-piala cinta
Pada pencarian
Roh dan jiwa itu angin
Membebaskan diri melewati lekuk
Lembah-lembah
Palung-palung
Bukit-bukit
Melafalkan ritual sunyi
Oo,duka,o
Setubuhi kedukaan
Oo,sepi,o
Setubuhi kesepian
Oo, sendiri,o
Setubuhi kesendirian hingga
Cahaya di atas mihrab
_________________________________________________________________
Imron Tohari ( ID : lifespirit, Mataram 9.11.09/rev 18 Mei 2011 )
Menggegar Rasa
Diposting oleh
Imron Tohari
on Jumat, 06 November 2009
Label:
puisi romantisme kehidupan
/
Comments: (1)
Lukisan diunduh : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVHOtL__g5lHPgRPn0Pz9RmC8yDd6QMBMYgPZL5gYDWPjW3PnUd6aT4s6awQge9lXrwXb1yQC1O4dsoHJcmeaQNA23jo7opiSQ1dMDkbbxW-XWKrOi2vqwUtaZhim-xROwBu7bLOiacb0/s400/Cretaive-body-painting-08.jpg
Menggegar Rasa
:/Dewi Maharani “SAJAK SEBUAH HATI”
Pada hati pernah kuberjanji tidak akan meninggalkanmu pergi, untuk itu sebagian jiwaku masih terpasung;tertinggal dalam cerita yang mengikat jiwa-jiwa kita menyatu dengan segala air mata mengalir ; melaju, lalu merinai seperti tangisan langit menyentuh benih-benih tanah berharap kembali merekah.
Kini saat aku tak lagi memelukmu, ijinkan jiwamu ku ajak membenam di relung-relung hati, dan biarkan telinga-telinga jiwa mendengar degup lembut yang didetakkan air mata doa, selayaknya embun bermanja di selembar daun,atau bahkan seperti angin yang memberi pertanda nelayan berlayar, dan pada saat bibir-bibir retak saling melumat, akan kukata : Larung pedihmu, karena bukan embun yang bermanja di selembar daun, bukan pula angin yang memberi pertanda pada nelayan, kecuali kau telah mentasbihkan “luka” bagian dari permainan rasa.
Bila belum cukup, biar kulepas dua telinga,lalu kurekat menyatu agar bisa kubenamkan seluruh pada jantung merah, dan kita dengarkan denting dawai dari aliran darah amis yang kau kata itu.
"Tidakkah kau rasa,
air mata berserak,
berharap menyatu"
______________________________________________
@ Imron Tohari, Mataram, 7.4.09/rev.6.11.09
menggegar v 1 berguncang; bergoyang
Tembang Swargaloka
Diposting oleh
Imron Tohari
on Selasa, 03 November 2009
Label:
puisi romantisme kehidupan
/
Comments: (0)
Diunduh https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1sUKUgwQZ_mQiT5d1Vdj81l_PSYm3TZesIL55vNYlhPD1C2nU1a1sgsRGbQT_pq3DBrp46AJu1b8_z0uYGLt_oKCbe7NFunbifmlrI9kKOpjF_j6_mullGthbUapHBcjN4EIlGnfybYvo/s700/bidadari.jpg
Tembang Swargaloka
Membentang Zamrud katulistiwa
Alun mengalun bayu seirama
Kilau jingga memancar, senja
Memanggil periperi menembang asmara
Lihat, atas nama cinta
Dewa Dewi swargaloka
Berputar;menari seirama
Alunan syair asmaradahana
Puja puja memayungi altar
Merah api menjilat, membakar
Jiwajiwa kasmaran melaung kala
Memindai arti memeta jiwa
Asmara, o, rindu mendera
Bibir kelu kata membeku
Di senjakala tunggu tak jemu
Inikah cinta yang memburu
____________________________________________________
Yuni”Bibi cantik” C Bontot,8 June 2009 Editing by lifespirit 31109