PENYAIR I
Diposting oleh
Imron Tohari
on Rabu, 21 Agustus 2013
Label:
puisi bebas
/
Comments: (0)
PENYAIR I
Ribuan kata tersusun kenapa berseakan membawa kutukan sepi?
Dalam nyata penyair menulis puisi kehidupannya pada sebuah piring retak
Dan ditaruhnya airmata bulan yang tak lagi kuasa tersenyum menahan duka
Petang ke pagi di sela ribuan bukit kata berharap merpati terbang
membawa doa sampai ke Dewata
Tapi, iakah masih ada cahya dalam nurani yang
masih menghikmati puisi, hingga dalam nyata penyair tak lagi kembali menulis
duka hidup pada piring retak
(lifespirit, 22 Agustus 2012)
SUKHOI
Diposting oleh
Imron Tohari
on Senin, 28 Mei 2012
Label:
Puisi kontempelatif
/
Comments: (1)
SUKHOI
Maka, seperti jamur tumbuh di musim hujan
Kecelakaan itu menjadikan gunung salak layaknya artis
Dirias bak selebritis
Dibedaki pakai pupur mistis
Dilipstik dengan bumbu politis
Disemprot parfum silang sengkarut, opini
Dipercantik dengan baju-baju opera, media
Halnya rakyat; aku juga
Duka sebatas duka
Lupa doa
Korban shukoi itu kita
Pasti pulang juga, walau
Melalui jalan yang berbeda
(Lifespirit, 15 Mei 2012)
KENDALI MASA LALU
Diposting oleh
Imron Tohari
on Minggu, 01 April 2012
Label:
kontemplatif,
puisi kontemplatif,
puisi kontemplatip kehidupan
/
Comments: (0)

Foto buah karya sahabatku HERMAN MORISON
KENDALI MASA LALU
Hari-hari kapal kosong
Di langit camar kesepian
Ribuan mil gelombang menyanyi panjang
Malam, menatap harapan terbang dibawa peri bulan
Oh, betapa dalam, memang menyakitkan
Berlabuh perahu, angin tidak berhenti
Berlayar lebih, dan lebih jauh lagi, rindu rumah menyengat
Di kering yang parah,melihat ke belakang, mencari putih buih
Bulan purnama penuh tetap mengundang haus
Agar tak tertelan gelombang, maka tenangkan pikiran
Hadapi samar dan nyata, kemudian pisahkan
(Imron Tohari, lifespirit 1 April 2012)
SEBELUM ENGKAU MEMAHAMI
Diposting oleh
Imron Tohari
on Sabtu, 31 Maret 2012
Label:
puisi cinta
/
Comments: (0)

Foto karya Herman Morison
SEBELUM ENGKAU MEMAHAMI
sebelum engkau memahami
tentang keterlibatan yang dikenal sebagai kekasih
aku ingin membawamu ke akhir baris
memastikan pertautan yang baik
adalah proses terakhir dari benang-benang kerinduan
menjadi tenun kain
aku mencintaimu, sungguh
o, betapa bahagia
jika aku menjadikanmu paham
(lifespirit,30 March 2012)
BAIT-BAIT MATAHARI
Diposting oleh
Imron Tohari
on Kamis, 15 Maret 2012
Label:
puisi cinta,
Puisi kontempelatif
/
Comments: (1)

Foto buah karya sahabatku Surya Almada Syahlani
BAIT-BAIT MATAHARI
Sebelum cinta mendapati suatu ujian
tidak akan pernah beranjak dari pikiran,tentang
memahami kesetiaan cinta
bukan semata adalah keberadaan fisik yang senantiasa mengada
Duhai wahai kekasih
adalah kesetiaan cintaku, aku biarkan lepas tapi menyemesta
lalu menelusup di kedalaman rasa walau hanya dalam rupa isyarat
seperti halnya saat kesedihanmu merupa hujan menderas
ialah matahari yang melukis bianglala itu, kesetiaanku
Dan adalah perihal tidak mudah memahami kesetiaan, pertarungan batiniah
perasaan dan pikiran yang saling meneggelamkan ke dalam diri sendiri
yang berseakan menanggung kutukan mahadaya cinta
Duhai wahai kekasih, jikalau murungmu itu rupa dari malam
bulan sabit yang engkau lihat adalah kesedihan, matahari
dalam ketidaksempurnaan pantulkan cahaya pada bulan
adalah luka, menjadi isyarat suara-suara tangis
dalam debar tak bersuara, kesetiaan cinta
adanya ketidak setiaan keadaan
O,kekasihku , manakala engkau berfikir
kesetiaan cinta adalah penantian dari kerinduan hati
pada gejolak asmara adakalanya aku merasa
malam membaca bait-bait matahari
di cahaya purnama
(Imron Tohari, lifespirit 15 March 2012)
MENJAGA ADIK
Diposting oleh
Imron Tohari
on Senin, 12 Maret 2012
Label:
puisi potret,
puisi sosial humanis
/
Comments: (0)

Foto berjudul "Menjaga Adik" karya Adhi Prayoga
MENJAGA ADIK
Dari sekian orang di luar garis kesejahteraan
Menatapmu, oh adikku, hatiku teriris
Ingat biaya-biaya akan naik
Bahan bakar
Listrik
Pendidikkan
Bahkan bahan-bahan pokok di pasar keluar taring
Dan engkau adikku, tetap tak mengerti apa-apa
Adikku, jangan tatap aku seperti itu
Apalagi merengek mencari bapak dan emak
Jika airmata ini cukup untuk menjagamu
Oh adikku, akan aku luahkan tangis
Membasuh luka yang mengancam cerlang matamu
(Imron Tohari, lifespirit 2012 )
DI EMPER TOKO
Diposting oleh
Imron Tohari
Label:
puisi sosial humanis puisi potret,
puisi tanah air
/
Comments: (0)

FOTO KARYA ADHI PRAYOGA
DI EMPER TOKO
Bersandar mak tua, tak peduli lalu lalang di jalan
Apalagi ngomongi Malinda Dee yang di ganjar delapan tahun
Mungkin ianya juga lebih tak peduli
Jikalau pak Sby bilang, Indonesia bebas korupsi
“Mak, lima belas ribu kita dapat hari ini, tapi
BBM dan tarif listrik katanya akan naik, pasti
sembako tentunya naik juga, mak ” suara anak kecil di sebelahnya
---Sudahlah nak gak usah didenger, toh percuma saja
”Terus yang mesti kita denger apa,mak ?”
---Ya suara perut kita,nak
Jawab mak tua enteng
_____________________________________
@ lifespirit 2008,2010, rev Maret 2012