Malam yang Lupa




semua sumber foto dari google

Malam yang Lupa

setiap malam pergantian tahun
orang-orang sibuk menenteng sekotak harapan
di tempat hiburan, mereka bilang kebebasan
di ceruk batin ketakutan bilang Tun!

setiap malam pergantian tahun
kanvas langit penuh sorak
tapi kenapa mata terbuka tiada jua melihatMu
pikiran menalar namun tiada batas ujung akhirnya

setiap malam pergantian tahun
di atas langit biar saat itu purnama penuh sepotong
sinarnya hanya terangi sebagian malam
bahkan bila mentari menggantikan rembulan penuh,pun
sinarnya hanya menyinari sebagian belah bumi
masih patutkah tuk menyombong di hadapanMU
sedang di kebun jiwa mata hanya sebatas apa yang
tertangkap di hadapannya, tak lebih.

___________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 1 January 2011

tun ; tuan

Membaca buku “HARMONIKA LELAKI SEPI” Sekumpulan Puisi karya Andi Wirambara




Membaca buku “HARMONIKA LELAKI SEPI” Sekumpulan Puisi karya Andi Wirambara

Judul Buku : Harmonika Lelaki Sepi
Genre : Puisi
Copyright : Andi Muhammad Era Wirambara
Cetakan pertama : Oktober 2010
Penyunting Anindra Saraswati
Proof Reader : Irwan Bajang
Desain Sampul : Leo Baskoro
Tata Letak : Indie Book Corner Team Work
Endorsmen : Khrisna Pabicara, Pringadi AS, Nanang Suryadi
ISBN : 978602-97441-3-2
Tebal buku : 94 halaman
Harga : Rp. 30.000,-


“Cinta dan iman bersemi dan tumbuh dari proses spiritual yang sedikit mengandalkan kemampuan indrawi ( Helen Keller ).

“Menjadi manusia seutuhnya mahal harganya sehingga hanya sedikit orang yang memiliki cinta dan keberanian untuk membelinya. Seseorang harus melepaskan hasrat untuk mencari rasa aman dan harus menghadapi resiko hidup dengan kedua belah tangannya. Seseorang harus memeluk kehidupan seperti memeluk seorang kekasih”. (Morris West - Novelis).

Andi Wirambara penulis belia kelahiran 24 September 1991, mewakili perasaannya sebagai sosok lelaki muda dalam menyikapi rindu dan cinta, saya rasa cukup dewasa dan bijak dalam meletupkan pemikiran-pemikirannya pada medium sajak,puisi.

Melalui larik-larik sunyi “ Harmonika Lelaki Sepi”, Andi Wirambara yang lebih dikenal sebagai Ikan Biroe di dunia virtual, ingin menyampaikan tentang hasil renungannya dalam merasakan serta memandang rindu, cinta, dengan segala pernak-pernik kehidupan

Rasa rindu yang membuncah, dan rasa cinta yang bergelora, pada dasarnya tiada beda antara perasaan lelaki dan wanita: samasama memanggil sunyi!. Jadi siapa bilang lelaki yang dibekap rindu dan didera cinta tidak bisa sentimentil?. Saya yakin semua orang pasti pernah merasakan rindu,merasakan pergolakan cinta yang tak berkesudah yang membawanya menyusuri labirinlabirin sunyi, yang pada akhirya entah ia (mereka) menemukan suatu sugest positip atau justru akan kian terjerat dalam lingkaran labirin tersebut.

Bermuasal dari rindu dan rasa sunyi inilah terbersit di imaji piker penyair tentang “lelaki” yang mewakili aku lirik, dan “Harmonika” yang mewakili geletar irama jiwa dalam hisapan sunyi. Ya, harmonika sebuah alat musik yang paling mudah dimainkan hanya tinggal meniup dan menghisapnya, namun justru dari “tiup” dan “hisap” yang berkaitan dengan nafas inilah kesan pergolakan yang tengah berkecamuk amuk dalam jiwa akibat hisapan sunyi sangat terwakili. Sejarah harmonika berasal dari alat musik tradisional China yang bernama 'Sheng' yang telah digunakan kira-kira 5000 tahun yang lalu sejak kekaisaran Nyu-kwa. Dan biasanya alat tiup ini sering dipakai remaja yang lagi rindu kekasih,kampong halaman,patah hati,atau mencoba membebaskan tekanan perasaan agar tetap kuat dalam menjalani kehidupan berikutnya.

Perjalanan sunyi aku lirik dalam “Harmonika Lelaki Sepi” dibuka dengan puisi romantic humanis yang begitu indah dan disajikan dengan gaya sampaian yang begitu membumi, yang justru kian membuat puisi ini terasa lebih manusiawi, baca kutipan bait 1 puisi bertajuk “Sesendok Saja” yang membungkus rasa rindu dan kesetiaan, di halaman 1,:

“Sesendok saja aku ingin menyuapimu
Ingin melihat peram matamu, melihat
Bagaimana parfait lumer dan pernik
Cokelat terjepit di merah bibir cerimu
Pada pucuk muffin yang kusentil dan
Terbang hinggap di jendela
Seperti kakaktua yang begitu setia
Pada nenek bergigi dua
Seperti segala rasa yang bersepakat
Sewaktu-waktu bermelankolia”

Dan pada halaman 29, Andi Wirambara, masih dengan tema rindu kekasih, pada puisi “Apel” begitu piawai menyembunyikan gejolak perasaan rindunya melalui simbolik poetika ( metaphor/bahasa symbol ), namun tetap mudah untuk dicerna oleh yang dituju tanpa kehilangan unsur puitisnya.

Apel

entah rindu apa kau punya
hingga kau bawa aku pada
wangi embun yang sejuk dan
ranum?

betapapun senyummu kuingat pada
kabutkabut tipis tatkala embun berlahan
turun dan singgah
anggun dikulit yang basah

sebagaimana aku terkenang
sayupmu di antara dahan pohon yang tenang

dan aku, menanti
kau temui pun lembut kau petik
apel yang kugelantungkan bersama sebalas
rindu, apel wewangi rindu.

Dari dua karya Andi Wirambara yang saya kutipkan sebagian, dan yang satunya saya kutipkan secara penuh tersebut, walau pilihan diksi terkesan sederhana, namun betapa detak kejujuran penyairnya bisa kita rasakan, dan hal inilah yang membuat karya ini mampu menarik imaji penikmat baca kedalam roh penjiwaan karya termaksud. Kesadaran akan kejujuran ini pula yang membawa D. Zawawi Imron tegas mengatakan : “ Sebuah sajak yang saya tulis tanpa kejujuran hati nurani tak akan pernah mengarungi perjalanan waktu sehingga tak akan punya nilai abadi.” (Sastra Pencerahan ; halaman 129-130).

Pada buku “Harmonika Lelaki Sepi” yang terdiri dari 91 puisi dengan penomoran puisi secara garis lurus tanpa pengelompokan tema dan atau pemisahan bab, sepertinya penyair di sini ingin melepaskan perasaannya secara umum dan bebas tanpa ada pembagian rom-rom tema. Dan hal tersebut bisa kita lihat tiadanya tanggal,bulan,tahun penciptaan pada semua puisinya yang ada di buku ini, padahal kalau boleh saya bilang histori waktu dan tanggal pembuatankarya sangatlah penting bagi pembaca untuk lebih bisa mendekati tentang apa dan bagaimana kondisi phsycologi penyair dan pengaruh lingkungan eksternal pada saat karya puisi/sajak itu dibuat. Tiadanya jejak histori penciptaan puisi pada buku kumpulan “ Harmonika Lelaki Sepi “, seakan penyair hanya ingin mengajak pembaca masuk kedalam ritus lahirnya puisi/sajak secara general/umum. Dan perihal proses/ritus penciptaan dan atau kelahiran puisi, Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur. Sedang Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur).sedangkan pemikiran saya sendiri, seperti yang sering saya tulis pada setiap esai yang saya buat, saya lebih suka menyebut ritus “puisi” sebagai rainkarnasi bahasa hati,pikiran ( samsara bahasa ) dari masing-masing pribadi/individu pengkarya cipta yang dituangkan ke dalam bentuk bahasa tulis pun lisan yang pada akhirnya menciptakan letupan-letupan imajinatip di alam imajinasi pengkarya cipta itu sendiri maupun penikmat baca/apresiator puisi. Di mana muatan emosi “puisi” sangat beragam, ada suka ada duka, ada kegembiraan ada kemarahan. Puisi sebagai permainan bahasa, mentranslate rasa/gejolak jiwa, melalui selubung simbol-simbol, atau tanda-tanda yang terangkum pada larik/baris/bait dalam menyampaikan pesan gejolak rasa jiwa dari penulis/penyair, yang merupakan hasil dari saripati sunyi ( baca: perenungan! ).

Kenapa saya lebih senang menyebut “puisi” sebagai rainkarnasi bahasa atau samsara bahasa?

Samsara sebagai kata sifat mempunyai arti sengsara ( berdasarkan kamus bahasa Indonesia ),samsara berdasarkan yang termaktub pada surat Bagavad-gita (Budha)dan Weda ( Hindu ) samsara berarti kelahiran kembali/reinkarnasi, namun dalam kelahiran kembalipun (samsara ) , yang merupakan perpindahan jiwa ini dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau disebut reinkarnasi eksternal (samsara atau samsriti didalam bahasa sansekerta). Srimad Bhagavatam (Bhagavata Purana) 5.11.5-7 menyebutkan bahwa pikiran terikat oleh indera kesenangan, saleh atau tidak saleh. Kemudian hal itu tertuju pada tiga model dari alam material dan menyebabkan penyesuaian kelahiran dalam berbagai tipe tubuh, lebih tinggi atau lebih rendah. Oleh karena itu, jiwa menderita ketidak bahagiaan atau menikmati kebahagiaan karena pikiran,kemudian pikiran di bawah pengaruh ilusi menciptakan aktivitas-aktivitas yang saleh dan aktivitas-aktivitas yang tidak saleh, ( berdasarkan ajaran agama Budha ) dan pengertian akan samsara ini juga tidak jauh beda dengan apa yang ada pada ajaran agama Hindu ; di dalam Weda disebutkan bahwa "Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau didunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Dan juga akan dipengaruhi akan adanya karma baik dan buruk disaat-saat sebelumnya.Dari sudut pandang saya selaku orang Islam, yaitu kelahiran kembali dari kematian di akhirat kelak,dengan segala pertimbangan baik buruknya semasa kehidupan di dunia.

Begitu hal dalam setiap proses penciptaan puisi, dalam kesunyiannya pasti akan terjadi suatu pertarungan batin dan atau pertarungan piker pada diri pengkarya cipta ( pertarungan sinergi positip dan sinergis negatip). Puisi sebagai reinkarnasi bahasa/samsara bahasa, pada kelahirannya kembali, tidak terlepas dari proses/ritus suasana baik buruk yang mempengaruhi rasa imajinatip pengkaryacipta. Dalam pengertian, melalui puisi penyair berusaha menghidupkan imaji tersembunyi ke dalam tubuh “bahasa”. Tubuh bahasa dari bayangan diri, baik bayangan diri penyairnya maupun bayangan diri penikmat bacanya yang sudah menyatu pada bayangan puisi itu sendiri!, maka jadilah bayangan diantara bayangan; diri membayang pada puisi, puisi membayang pada diri. Dan puisi yang baik, adalah puisi yang ditulis dengan penuh ketulusan, serta tetap mengacu pada estetika moral, sehingga nantinya bisa memberi pencerahan positip dan atau bisa menciptakan pola piker baru yang baik bagi pencipta maupun apresiator yang membacanya.

Dari berbagai pendapat proses kelahiran sebuah puisi tadi, pembaca akan bisa merasakan pergulatan sunyi penyair Andi Wirambara tidak berhenti sampai pada karya-karya yang saya kutip di atas, karena pada karya-karya selanjutnya, Andi W lebih berani lagi membungkus perasaannya pada permainan simbolik poetika/metaphor, tanpa mesti kehilangan daya hisap serta pesan makna yang ingin dihantarkan kepermukaan. Lihat saja pada puisinya yang bertajuk “Ini Pilu”, “ Bintang Pulang”, Petasan”Dikamarku yang Berantakan”. Dan tentunya pada “Harmonika Lelaki sepi ( hal. 39 – 40 )” yang sekaligus dijadikan tajuk pada buku kumpulan puisi ini. Baca kutipan lengkapnya di bawah :

Harmonika Lelaki Sepi

harmonika
telah lekat ia pada bibir yang
mengatup
menada pada tiang-tiang malam

: pada rerumputan
Embun hendak turun, menyusur sisi ilalang
Yang tajam
Mengiris nadi
Ia nada rerumputan;merunduk

: pada bintang yang bergandengan
rasi bersenandung
mengangguk kepala
meniti
rangkai melodial langit

: pada bulan yang ringkih
menyapa ia,
menyiul sepi bersama sembilu angin
merayap
merayap lirih

sendu,
pada damaiku

( dan harmonika, telah kutitip nafasku tadi
Mainkan lagi, jangan sudi tercumbu sunyi)


Dari sekian puisi yang ada di buku ini, puisi “Malam yang Sempat Hilang”, tepatnya pada bait pertama, membuat saya terperanggah. Kelugasan dan pemilihan symbol-simbol alam untuk menyampaikan maksud, serta keindahan puitisasi bahasa yang dibalut dengan rima, mengingatkan saya dengan puisi/sajak-sajak klasik para penyair cina yang begitu menggeletarkan setiap hati pembacanya.

Bagaimana lelaku angin menyisir lamunku
Tentang sayupmu di dahan pohon yang tenang
Tentang gores angin laut yang lalu
Mengukir namamu pada karang-karang

Kukatakan memang, selalu ada yang kulaku seraya
menyeruput dingin yang menaiki bulu mata. Menjungkat-jungkit
daripadanya, jatuh ke muka pipi yang kaku, dan merayap
naik menyelinap ke bola mata, yang juga menggigil
melompat mencari selimut, di balik kenang yang mengungun
kala tiba aku bertamu pada malam
yang santun menuang bayang-bayang

nexts….

(Fragmen/1/ bait 1dan 2 “Malam yang Sempat Hilang” hal 18 Sekumpulan puisi “Harmonika Lelaki Sepi”)

Sayang kekuatan dan keindahan itu Andi tidak bisa menjaga rimanya pada bait 2 dan selanjutnya, padahal bait awalnya demikian kuat structural poetika bahasanya, yang kalau boleh aku kata, pada bait pertama tidak kalah indah dan kuat dalam bermain metaphor dan atau bahasa-bahasa symbol, juga sampaian pesannya tidak kalah dengan karya-karya sastra puisi china klasik yang patuh pada rima serta kekuatan penyair dalam mengeksplore alam sebagai sarana/symbol menyampaikan perasaan hati.
Mari kita lihat salah satu karya indah salah satu penyair zaman dinasti Wei yang menjadi acuan argumentasi pendapat saya mengenai bait 1 “Malam yang Sempat Hilang” karya Andi W .

Angin musim gugur pilu menderu udara membeku,
Daun rumput gugur melayang embun menjadi salju.
Sekawan wallet pulang angsa terbang ke selatan,
Mengingat kau yang dirantau kalbu dirundung angan.

( bait 1 “Nyanyian Bumi Yan” karya Cao Pi (187-226; Wei )


Sebagai akhir tulisan, saya memandang Andi W dalam kesunyiannya justru telah berhasil menaklukan sunyi seperti yang di tulis pada bait akhir Puisi “ Harmonika Lelaki Sepi “

: ( dan harmonika, telah kutitip nafasku tadi
Mainkan lagi, jangan sudi tercumbu sunyi).


Salam lifespirit!
Pecinta sastra puisi, 7 Desember 2010.

Saat Jiwaku Luruh Menyebut Nama-Mu


foto diunduh dari google

Saat Jiwaku Luruh Menyebut Nama-Mu

Saat langit memerah saga
layuh kenangan legam asmara,rinai
airmata
tanpa nada
embun pagi tiada menyapa
dedaunan
melayuk
meresah
pilu

Sekian purnama nafsu gerogoti lembar hati
di perjamuan asmara
cawan-cawan cinta meretak
lafal-lafal berontak dalam
seribu bahasa bisu

Biar kularung pedih ke hilir sungai
O, Kekasih

________________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 6 Desember 2010 rev 8 Maret 2011

Layuh ; lumpuh/sangat lemah/tidak bersinar,sayu
Melayuk ; meliuk ke kiri dan ke kanan

HILANG KATA


FOTO by GOOGLE

HILANG KATA

tak pernah terpikir
setelah pertemuan kesekian
akanmu
entah kemana lagi kucari huruf-
huruf puisi tuk ungkapkan perasaan,aku
ingin bertemu denganmu
berbicara tentang mata seterang kejora
senyum seindah cahaya purnama dan
rambut yang berdesir bagaikan angin utara

ufff.. sepertinya harus kuurungkan

pasti nanti kau kira aku sedang ngegombal
dan lagian, sudah berapa kali kalimatkalimat seksi seperti itu
disetubuhi puisipuisi roman
entahlah, andai aku mesti harus menuliskan puisi
untukmu
bukan kalimatkalimat seperti itu yang ingin kupuisikan

siang ini kembali terulang…
kutatap jarum jam di tangan berdetak
seirama detak jantung
kueja huruf-huruf hati

"tlah kupersiapkan bunga anyelir kesukaanmu
di ruang yang tak tersentuh liarnya angin malam”

ah, kenangan ini membuatku tersenyum
setelah kau seutuhnya kini bersamaku

_________________________________________________

@ Imron Tohari _ lifespirit 27.6.2010,rev.2.12.2010


Ctt kecil :

Bunga anyelir bagi sebagian orang melambangkan kasih sayang dan ketulusan dalam tali persahabatan,

juga perlambang menghormati pasangannya (kekasih, istri,ibu ) dengan sebenar-benarnya rasa kasih.

Rasa yang Menggemuruh Menggeletar


foto by google

Rasa yang Menggemuruh Menggeletar

Pada hati pernah kuberjanji tidak akan meninggalkanmu pergi, untuk itu
sebagian jiwaku masih terpasung;tertinggal dalam cerita yang mengikat jiwajiwa
menyatu dengan segala air mata mengalir ; melaju, lalu rinai seperti tangisan langit
menyentuh benih-benih tanah berharap kembali merekah.

Kini kala aku tak lagi memelukmu, ijinkan jiwamu kuajak membenam ---
direlungrelung hati, saat telingatelinga jiwa saling merunduk mendengar
degupdegup lembut didetakkan air mata doa selayaknya embun bermanja di lembar daun,atau bahkan seperti angin yang memberi pertanda nelayan berlayar hingga pada saat bibirbibir retak saling melumat, akan kukata : Bukan pada embun yang bermanja di selembar daun, bukan pula pada angin yang memberi pertanda nelayan, tapi
larung pedihmu di aluralur sungai keluasan hati, sebelum kau tasbihkan “luka” bagian dari permainan rasa.

Bila belum cukup, kemari, dengarkan desir hangat darah yang berjalan beriring mengairi ladangladang jiwa.

"Tidakkah kau rasa,
air mata berserak,
berharap menyatu"


( lifespirit 2009 )

Air Mata Cinta yang Mencari Ruang Maha


Lukisan diunduh dari google


Air Mata Cinta yang Mencari Ruang Maha


Airmata itu menari-nari mencari ruang Maha layaknya angin yang bertiup, melayuk, membelai dedaun di ruang-ruang jumantara. Dan langit terang jua adanya murai berkicau di pucuk-pucuk cemara, pun entah di mana kicaunya lesap kala kelam menggulat alam, seperti saat tubuh-tubuh tak lagi berpeluk, bibir-bibir tak lagi berkecup, kesendirian mengantar tangisan kekasih. Masihkah burung merak bisa membanggakan bulu-bulu indahnya? Sedang para pemburu terbuai nyanyian perdu peri-peri hutan.

O, jangan pertentangkan lagi kelahiran dan kematian. Seperti halnya keramaian juga keheningan, begitu pula kelahiran dan kematian tak seharusnya merapuhkan asa. Lihat saat anak-anak ayam mulai mencicit, suara cicitnya adalah penghambaan pada induknya untuk selalu memberikan kehangatan. Keheningan itu kehidupan, ulat yang bermetamorfosa pada kepompong, lalu moksa berubah menjadi kupu-kupu, Dan tidak seharusnya tangis seperti batu bisu, karena hanya kesiaan bila tangis hati sebisunya batu ?

Duhai wahai roh jiwaku, dengarkan nyanyian alam, sekalipun hening pada diam, nada masih bersimfoni lahir dari seruni sebuah gubuk di tengah sawah yang lapang.

Dalam langit mendung bahkan di sebalik awan selalu ada sinar menyapa. Lalu mengapa dan bagaimana kamu bisa bilang hanya ingin melihat dari balik langit cerah saja ? Sedangkan denting detik pun bisa menemani dalam detak yang retak.

Duhai wahai roh jiwaku, jika ingin jadi pecinta, kaupun harus siap bercumbu dengan kesakitan-kesakitanmu, seperti Hafiz yang tetap tegar saat jiwa raganya dibakar apicinta, dan tak seorangpun pecinta yang bisa melarikan diri dari gelisah karena cinta, seperti itulah yang diungkapkan Hafiz, jadi jangan tanya pada cinta atas kebenaran cinta, bukankah cinta yang sebenarnya ada di dasar kedalaman lautan hati, dan perlu ribuan mil baginya untuk muncul kepermukaan pada wujudnya yang tak tersentuh, kecuali aksara-aksara tanpa kata menyenandungkannya pada rasa. Dan jikalau itu telah sampai, seperti halnya matahari mencumbui hujan lalu lahir pelangi tujuh rupa, aku pun ingin menyemai benih-benih cinta di ladang Kekasih!.

_____________________________________________

@ lifespirit & DaveSky 11.1.09/rev 30.11.10



ju·man·ta·ra kl n awang-awang; langit; udara

Hafiz : nama lengkapnya Khwajah Hafiz al Sirazi adalah seorang Sufi Penyair yang terkenal dari negeri Iran (1316-1390 M)..