Pekik yang Deru

Pekik yang Deru
:/ sajak bersulang Teja”Kejora”Alhabd dan Imron “lifespirit” Tohari


pada lembar sejarah,
bintang
; leluhur memberi arah berlayar
dan laut itu
rahim Ibu, di sana ikan berloncatan
: mencari ijmak

tapi lihat
kini tiada lagi ikan yang bebas berloncatan
di rahim ibu
tiada lagi titisan lembar sejarah
kecuali airmata meringkuk, melayuk
di balik awan putih
durjana meraja
bersulang mantra memuja kesesatan!

inilah selaksa kata
menyatu dalam 7 lapis langit berlapis
maka lihat
ada sesuatu yang tak seimbang
matahari tercabut dari sumbunya
laut menghempas mengalirkan nanah
kelopak bumi merengkah alirkan darah
kau akan menangis dalam hamparan
penyesalan dukalara akhir zaman

"Bacalah!
Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan.
menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah.
dan Tuhanmu Maha Pemurah.
yang mengajarkan dengan Pena.
mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya ...” *)


ooo…angin desau
membisik telinga cakrawala
pada tetesan peluh bapakku
nafsi
matahari membakar
legam kulit
menjelma Elang.

ooo…angin desau
menyusuri empat mata angin niscaya
pekik Elang
kidung para ksatria
padapada lembah, gunung, hutan
rinai
manikam serupa riam.

dan kini saat pekik Elang parau
sayap patah
tangis
hutan,lembah,gunung: bersumpah seranah
tak ada terang pada mata(hari)
jasad-jasad berserak
terkubur airmata
deras menderas sangka(kala)
pada tujuh gugus angkasa
pada tujuh quantum lapis bumi

“bibir memintal harap
sedang laku
tak berjejak di mihrab”

terkoyak
terbelah


_____________________________________________________________
@ Sulang sajak Mataram – Tangjung Pinang (via email, 30 Maret 2010 )

Kamus kecil :

*) (Qur'an 96:1-5)
manikam; intan ; permata ; benih ; mani

ri•am n aliran air yg deras di sungai (hampir spt air terjun, tetapi rendah sekali)

2ri•am n Man hubungan berantai antara berbagai kelompok dl proses produksi, yaitu kelompok yg satu menjadi masukan kelompok yg lain

mih•rab n ruang kecil di langgar atau di masjid, tempat imam berdiri waktu salat berjamaah

de•sau n tiruan bunyi daun-daunan yg tertimpa hujan lebat dsb

Puisi Pada Kulit Pohon II

1/
menanyakan arti sebuah ketulusan
seperti halnya aku menatap sosok tubuh
berdiri diantara garis-garis hujan yang merupa kabut
sedang di ujung jalan : Cahaya lampu temaram

lalu apa bedanya yang kutanyakan tadi
tentang ketulusan, khususnya dalam hal mencinta
dengan jalanan datar,turun, mendaki , lurus atau bahkan berkelok
bilabila mencari kebenaran ja
wab sahaja mataku berdiri nanar-
diam: terpaku di teras rumah

o,melukis wajahmu
sama sulitnya aku bertanya pada seulas senyum
yang kau tempelkan di sudut bibirmu
dan bercerita kicau nuri
lalu sekonyong-konyong bercerita cemara tua


2/

adalah labirin, mural jantung,kau
kekasih
: cinta itu seperti mega, bergelayut
mendung lalu
rinai

o,tidaklah selamanya mega itu putih
adakalanya mega tersaput jelaga
namun, bila tak pejam mata hati
rasakan pula lembut suria
mengalungkan bianglala
membimbing burung terbang
kembali pulang
ke sarang


3/

jika engkau,kekasihku
pemantik cinta yang mengajak semilir bayu
menyisir bulubulu indah cendrawasih
menoreh baitbait puisi pada kulit pohon
yang diamnya
tetesan getah itu adanya kidung cinta
lalu kepedihan, juga kesukaan
saling mengikat

masih perlukah bertanya tulusnya cinta
sedang di setiap perputaran jarum jam
pikiran yang agung
tidak pernah untuk tidak memikirkan kekasih

: dan adalah kunang-kunang kecil
yang menyatukan sinarnya pada malam
menuju surga.


_________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 21 April 2010

catatan:

langut, melangut; berdasarkan KBBI.hal.876: merasa rindu (sedih, kasih, khawatir,cemas dsb);
nglangut (jawa); berhkayal atau berpikir atau memandang sesuatu dengan rasa yang sangat jauh dan nyaris tak bertepi

la•bi•rin n 1 tempat yg penuh dng jalan dan lorong yg berliku-liku dan simpang siur; 2 sesuatu yg sangat rumit dan berbelit-belit (tt susunan, aturan, dsb)