rapuh petang




Gambar diunduh : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b3/Psycheabduct.jpg

___________________________________________________________________________________

rapuh petang

malam ini
sendiri
aku duduk di kursi panjang, di halaman rumah
kursi yang pernah kita duduki berdua
dan menyaksikan kita bertukar kecup
lalu tubuh kita menyatu
sambil bercerita tentang
dian-dian kecil menerangi rumah

malam ini
tanpa bulan
pikiranku memangil-manggil namamu
mengurai simpul-simpul kenangan
seakan bayang asmara denganmu
terlahir kembali dari buku-buku batang bambu
di sudut taman, tanpamu
berteriak lantang pada sulur-sulur
menggetar katup bunga akasia

dan aku bertanya pada angin

“kenapa kita mesti mempunyai prinsip
bila akhirnya meniadakan cinta
dan benarkah dulu itu, bulat mata kristal terkasih
tenggelam dalam sebotol anggur
memandang sayu mataku yang kian kabur
sebelum akhirnya perbedaan memisahkan kita”


ah, selalu, dan selalu
saat aku kembali mengenangmu
yang kujumpai hanya ilusi
mengajak ragaku merebah
di kursi panjang taman ini
dingin bertabur butiran embun malam

; melapuk
; mabuk

___________________________________________
@ Mitsu & lifespirit, 12 Agustus 2009

SATU KATA!



Gambar diunduh dari : http://www.arsipjatim.go.id/web/uploadFile/TBGALERI/Badan%20Arsip%20Propinsi%20Jawa%20Timur/hote-orange.jpg



Gambar diunduh dari : http://belanegarari.files.wordpress.com/2009/01/bungtomo.jpg


___________________________________________________________________________________
SATU KATA!

Perjuangan belum berakhir, kau simpan di mana
Lagu-lagu perjuangan dahulu kala
Lagu-lagu kebangsaan duhulu kala
Lagu-lagu kepahlawanan dahulu kala
Bait sakti garuda pancasila
Mantra pancasila dasar yang lima
Maklumat sakti UUD empat lima

Oh, Bangsa ini butuh itu semua

Betapa bangga dulu: terkumandangkan
Diantara kibar sang saka
Di sini,dalam kalbu, jiwamu Indonesia
Di sini, dalam darah, mengalir semangatmu pahlawan

Tapi kini, merdek…aaaaa

Lihat
Di sana
DI sini
Jiwa tlah mati
Sang saka merdeka
Tapi tiada merdeka
Bahkan aku pun tak mengenal jiwaku lagi

Ah persetan dengan itu semua

Ini Negaraku
Ini bangsaku
Selama nafas memeluk raga
Selama kaki berpijak di tanah ibu
Satu kata untuk bangsa dan negaraku : BANGKIT!

_______________________________________________________

Inspirasi : Puisi “Peringatan” Wiji Thukul

Elang



Gambar diunduh :http://setanalas.files.wordpress.com/2008/11/merah_putih.jpg




Gambar diunduh dari : 340 x 221 - 56k - gif - ayomerdeka.files.wordpress.com/2008/07/merah-.



____________________________________________________________

Elang


Pada tidurku, saat jiwa mengembara, pada lembar-lembar sejarah, bintang adalah leluhur yang memberi arah untuk berlayar, laut, adalah ibu, di sana ikan berloncatan kearah sampan nelayan, dan pada tetesan peluh adanya bapakku, padanya matahari membakar legam kulit, membaptis peluh bapak menjadi Elang. Padapada lembah, gunung, hutan, pekik Elang adanya kidung para ksatria. Dan, kepak sayap Elang pada bayu, beriring samudra mengawan beku, menggigil, merinai hujan, di sana segala hijau manikam menguntai khatulistiwa.

Aku, adalah titisan lembar-lembar sejarah yang kini meringkuk, melayuk, pada layar putih memerah saga yang ada menyatu di gerai-gerai durjana meraja, segala…

Tetesan peluh adalah bapak, padanya
matahari membakar legam kulit, menjelmakannya jadi Elang

Kini gerangan apa yang terjadi ?!

Sayap-sayap patah di batas kemiringan mayapada, pekik nyaring parau tertelan tangis: hutan, lembah, pun gunung menyumpah serapah, pada kegelapan,tidak ada terang pada mata(hari), lihat, air mata juga tak mampu membangunkan jasad-jasad berserak terbujur kaku.

Langit memerah saga. Darah mengucur deras membelah tujuh gugusan angkasa, menggenangi tujuh quantum lapisan bumi, menyelimuti empat penjuru mata angin kedamaian, pedih!. Pada jiwa-jiwa bahari aku berontak, pada lembar-lembar sejarah aku meradang. Pun saat roh dari jiwaku terjaga, pada mushaf-mushaf jiwa aku teriak …

“Pada lembar-lembar sejarah dahulu, bukan aku berontak,
bila kini jantungku berdegup,
lembar-lembar sejarah, esok,
Negara Kesatuan Indonesia tetap tegak berdiri
diantara pekik Elang darah-darah persatuan penerus bangsa!”


___________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 9 Januari 2009

Ini tanahku, tanah Negeri Pusaka




Gambar diunduh dari : http://www.swaramuslim.com/galery/sejarah/img/pasca/1928-Sumpah_Pemuda-1.jpg
_______________________________________________________________________
Ini tanahku, tanah Negeri Pusaka

Saat sang angkara merajalela
Tumpah kesedihan meratap ara
Bunga-bunga hati kuncup merana
Terbakar hangus sumpah durjana

Kala nafsu hati terkunci
Jerit, rintih, tiada lagi arti
Tercabik-cabik nurani suci
Iri dengki subur di bumi pertiwi

Ooo rintih dan tangis-tangis jelata
Bagai arwah-arwah gentayangan
Berkidung kematian
Merayap, merangkak, di bawah panji-panji demokrasi

Wahai rakyat negeri, sadar, sadarlah!
Mendung masih bergelayut di Negeri Pusaka
Negeri tempat darah pejuang bercampur peluh airmata!
Negeri tempat padi yang kau makan
Negeri tempat air yang kau minum
Negeri tempat udara yang kau hirup
Negeri tempat tanah yang kau pijak

Milik Negara Kesatuan Indonesia
Milik Rakyat, Rakyat Negara Kesatuan Indonesia!


______________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit, 7 Agustus 2009

Merah Putih



Gambar di unduh dari : 400 x 267 - 81k - jpg - www.iabc.or.id/50111%20005%20Flag%20Meulobah.jpg

_______________________________________________
MERAH PUTIH


Dulu, pohonpohon berdiri jumawa
Menghisap air Mengakar bumi
Negeri bahari elok di garis khatulistiwa

Tapi

Pohonpohon itu kini gemetarrr…

Bom meluluh lantakkan kokohkokoh bangunan
Mencabik-cabik keyakinan beragama
Membakar abu persatuan berbangsa
Di bumi IBU
Jutaan hati menggerang sakit
Menganak sungai airmata

Dan kini

Saat sangkakala menyambut fajar

Diatas sumpah
Diatas Kitab-kitab para nabi

“Salam sejahtera
Pemimpin Negeri
Pengemban amanat suci”

Kami lidah-lidah rakyat berdoa

Untukmu
Untuk saudara sebangsa
Untuk Merah Putih

Selamatkan anak cucu, dari

airmata darah!

______________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 26 Juli 2009

Istirahatlah “ Lelaki Berhati Indah”




Istirahatlah “ Lelaki Berhati Indah”

/Rendra Si Burung Merak


#1

Di usia muda
Kau lesatkan panah kepedulianmu
Pada sajak “Sebatang Lisong,”

Di usia senja
Masih gelegar
Suaramu meletup api, membakar
Semangat patriotisme menjalar dalam pokok-pokok sajak
Pada setiap larik kau baca , o airmata duka
Adakah lukamu melihat jiwa para kekasih lumpuh
Terpasung durjana meraja

#2

Di tanganmu; kata-kata punya hati
Menari
Menembang
Berdoa
Pada ladang-ladang nurani
Kau! Sufi; menjadikan hatimu sebagai telaga
Mengajak para musafir
Minum
Bersuci
Bercermin nurani
Menyambut fajar


#3

Pada sajak
Kau bercerita memanah rembulan
Berharap cahaya bulan
Menerangi sudutsudut ruang gelap
kaki jiwamu ringan
Melangkah…
membagikan corong-corong keadilan


“Selamat istirahat,
lelaki berhati indah,
detak sairmu kan abadi.”


_____________________________________________________
@ Imron Tohari ,lifespirit 11.45 wib/12.45 wita
di dedikasi untuk penyair besar “Rendra Si Burung Merak”

Menguak Tabir



Menguak Tabir

Ku kulum bayang di reruntuhan petang
gelinjang sesak rebah telentang aku dibekap kenang
olala …
telikung senyummu di kelok wajah: merobek awan
kuyup tubuh tertumpah hujan

Awan, o awan tengah menggulat perkasa bulan
roh ; jiwa, berdekap melayang
menelusuri empat anasir kehidupan: hidup ibarat pewayangan
pada bayang reruntuhan kelam, hidimbi memohon sasmita kunti

“oh dewi kunti sang ibu
kala kejujuran
kesetiaan
tak cukup memikat hati bimasena
aku hidimbi menangis…
luka,o luka membentuk cerug
airmata,o airmata mengalir kolam
di sana bunga seroja merekah
bermandi cahaya di bulat daun
lalu butir air menggelinding, kumpul
juga melompat dua katak : mesra!”


( Kasih kunti adalah kasih ibu
moksa hidimbi, terlahir arimbi nan jelita
dan perkasa bimasena pun terpanah asmara arimbi )

pencar air tergetar
lembar-lembar daun serempak berkata
-sasmita kunti sang ibu
-kuncup seroja
-awan berkuak
-rembulan tersenyum

iakah seperti itu cinta?

________________________________________
@ Imron Tohari,lifespirit 28.1.09/rev.6.8.09
Catatan : empat anasir kehidupan yang dimaksud dalam sajak ini adalah : Phisik raga/tubuh, Nafsu/hasrat/keinginan, akal/pikiran, hati/nurani.