BUPALA



BUPALA

Tanganku menggelitik ujung hidung yang sebenarnya tidak gatal, tajam laksana panah
mata jiwaku meneliti cermat sang pengadu (dan pengadu itu adalah nasib burukku!), tapi seperti halnya para gembala berkeliling mencari hijau rumput, aku beku mencari jawab…

Kubiarkan pikiran terus mengembara menerobos gerbang metafisika, satu keyakinan, bahwa jiwa pengadu bukanlah mati, melainkan tidur. Seperti saat darahku tiba-tiba panaskan otakku, lelah tulang-tulangku gemeretak sengau ingin menyobek mulut-mulut nyinyir kaku batu yang ternyata diam-diam berharap aku cumbu. Dan aku tahu itu.

Lalu sang pengadu (nasib burukku itu!) kusuguhkan hidangan secarik kertas putih yang tersimpan di gudang keyakinanku, dan kubiarkan airmata memeras kering hati biar darahnya jadi tinta tulis, dengan begitu aku akan tahu kabar berita yang ingin dia hembuskan untuk jiwaku bangkit...


______________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 30 Juli 2009

# bupala kl n raja

# sengau berhubungan dng suara yg
diucapkan dng bunyi mela-lui hidung;
menyengaukan v mengucapkan (kata
dsb) dng suara hidung

TELISIK



TELISIK I

di petak-petak sawah
peluh petani diperas suria
resah pipit mematuk padi
pun
malam terjaga , di sawah
gelap
menganyam angin
mendongeng pada katak dan ular sawah
tentang padi,petani, juga burung pipit

seperti dirinya (katak dan ular sawah)
alam itu, mualamat, berkejaran dengan masa yang
akhirnya terkubur lelap pada nafas tanah

iakah itu ritus sebelum sampai pada kematian?

__________________________________________________

@ Imron Tohari (ID : lifespirit 25.7.2009)

# mualamat : ilmu pengetahuan
#ritus : tata cara dalam upacara beragama

Sifat Manusiawi Itu Serupa Tirai



Sifat Manusiawi Itu Serupa Tirai


1#

Selepas senja
berdatangan ke majelis taklim, memintal
indah mutiara syair

2#

Di kelok-kelok siang
syair lesap tersaput halimun
jalan takwa tertimbun kefanaan

3#

Menyingkap tirai di rerimbun petang
airmata menjadi tasbih

_________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 25 July 2009

Untuk-mu II



Untuk-mu II

Dihampar kenang,
kekasihku berkata

" Andai datang suatu masa
ketika dua hati bertatap muka
menjelma bukan lagi bayang bayang
.....dapatkah mimpi itu terwujud
Sedang,
penghambaan ku adalah jelata...
yang tersisa dari keruntuhan singgasana
dan mahkota yang di copot
masihkah ada harap....
untuk bersama berbulan madu
menyusuri jalanan yang pernah kita lalui
o, mungkinkah ?"


Lihat, kataku…

walau bulan separuh
ada cahaya yang memayung malam
dan saat kuambil setangkup air mata
saat itu telah aku titipkan
kepedihan,kesukaan
pada awal, pada akhir

pada airmata

aku adalah kekasih
kekasih adalah aku

Di sana…

aku
kekasih
menyatu
dan pada keadaan
kubebaskan roh jiwa melangkah
dalam lorong-lorong keranda kematian
di bayang kekasih tersenyum
pada rasa
kubebaskan air mata mengalir, mengkristal
menjadi segumpal hati di ladang kekasih…

untukmu

Kebajikan adanya kesempurnaan


_______________________________________________
@ Resa Pundarika & Lifespirit 22 Februari 2009

Untuk-mu



Untuk-mu


pada mulanya...
ukiran luka terpahat
goresan derita di genapkan

tapi…

pada malam aku kembali
menjelma menjadi sebuah roh
melayang bebas ..sebebas angin dingin
di sana aku temukan adanya kesejatian

dalam gugusan waktu tak bersekat
butiran air mata adalah pokok-pokok
yang menyirami pertanahan kalbu
pun mengabarkan pada mimpi
duka adanya ketidak abadian
yang mengajak angin berdesir lirih
karena buaian daun daun
tersesat dalam kejelasan nyata
disitulah ..cintaku di temukan

dan bila aku kembali pada dunia nyataku
kuharap kau dan aku tetap ada
mengisi hidup dan kehidupan
sesuai garis yang di tentukan
seperti adanya pergantian malam dan siang

_______________________________________________________
@ Resa Pundarika & Imron Tohari (ID : Lifespirit, 22 Februari 2009 )

ROMAN



ROMAN


Roman 1/

Saat selendang panjang erat tergengam,
pada angin, awan malumalu membisik,

o,belaian kekasih, bejorak* hati, mata bertatap,
darahdarah menyetubuhi hasrat: liar!

o, melangkah bulan
lelah
malam jadikan aksara-aksara berlompatan : bisu!



Roman 2/

Berdua di hampar malam, angin semilir
aroma mawar (dan) atau melati, merajuk
pada tatap, satu keinginan di belah jiwa, rinai*
mawar
melati

pagi berkuak*

pun jiwa terbelah kembali bersatu.


Roman 3/

Dik mari kita gulung,
selendang ini terentang panjang,
sedang nyiur hati melayuk, padapada
jangan biarkan ia menghalang purnama,

pastikan

esok senyum menjemput mentari.

_______________________________________________
@ Imron Tohari,lifespirit 10.11. 08/11.1.09

Bejorak* ( bahasa sasak ) = bercanda
Berkuak = membuka/terbuka
rinai = kidung

SAHAJA II



SAHAJA II


Dalam damai cinta, seluruh hasrat pada peluk semakin erat. Dan saat Bahrulhayat menuang manis anggur di cawan berlapis emas. Dari rahim istri tercium segala kegembiraan, lalu beranak pinak, menari-nari dalam bahtera kehidupan.

O cinta, bola mata kecil itu kejora yang mengikat sukacita seakan kilau mestika nan abadi.
O cinta, bola mata terkasih mengikat airmata pecinta menjadikan perpisahan ketakutan abadi.

cinta,o,Cinta

Tunjukkan Mihrab atas ketidak kekalan cinta ini.

______________________________________
@ lifespirit 12 July 2009

• Mihrab : ruang kecil yang menjorok ke luar dari dinding mesjid (langgar) yang mengarah ke Kabah, tempat imam memimpin sembahyang
• Bahrulhayat : laut kehidupan

Jangan Bersedih



Jangan Bersedih

Wahai bayangan diri yang lesap saat ditinggal bulan lalu memanggil-manggil terkasih bagaimana akan engkau rasakan harum kibasan rambut ikal Kekasih sedang mata jiwamu terus tumpahkan airmata hingga menutup lubang-lubang nafas yang bahkan telinga pun dibuat tuli mendengar angin barat yang sibuk menuang anggur-anggur makrifat untuk perjamuan hati.

Wahai bayangan diri tak usah engkau pertanyakan akan takdirmu karena kuasa akan takdir itu semata milikNya tetapi tetaplah engkau berjalan dan biarkan airmata tak menghalang pada perjumpaan siang hingga matahari pada akhirnya membimbingmu berjumpa dengan Kekasih.

__________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 9 July 2009


Johann Georg Trautmann (1713–1769): Blick auf das brennende Troja

Oil on canvas, 54,5 x 68 cm.

From the collections of the granddukes of Baden, Karlsruhe

_______________________________________________________________________

Pangkal segala kejadian


Tangan menggerakkan pion-pion dalam catur
lidahlidah perdana menteri berlapak dalil pikiran

kuda troya* yang melompati benteng
;melompati perdana menteri

dan raja itu bidak
dingin darah ditinggal bulan
berharap matahari menusuk malam

SKAK! STER!
sabda pamungkas pandita ratu

bila sebaliknya, akan sebalik-baliknya pula
: Negara adiluhung

_________________________________________________
Imron Tohari, lifespirit, 8 Juli 2009

Wajah Kotaku

lukisan by google



Wajah Kotaku

Klakson-klakson kendaraan
Aspal-aspal jalanan
Menjerit kepanasan
Sedang gedung-gedung sibuk mencari pendingin

“ Lihat, di kala siang
debu-debu di jalan
berjejal;berebut
menyetubuhi matahari”

Kemana perginya rimbun pohon yang
sebelum malam bercerita tentang daun dan embun
burung-burung masih sempat berkericau
mengiringi pedagang asongan membawa sekantong senyum
pulang ke rumah

AH!


__________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 5 Juli 2009

Daun umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Dan daun juga merupakan salah satu organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya.

Hening Jiwa yang Sesah



Hening Jiwa yang Sesah




kita masih kekasih

beribu kali itu Kalimat
kau cumbu rayukan dari mulut mungilmu
sedang matamu api
:membakar lalu
atas nama cinta
kau biarkan panasnya membinasakan Tuhan


kita masih kekasih, katamu untuk kesekian kali

tapi tidakkah kau lihat, di langkan penuh luka
cawancawan pecinta berserak,retak

o, sebegitu syahdu;sebegitu hening
perasaan ini tak terhingga
dalam batas antara
masih bisa kudengar suaraangin
merambat turun dari langkan rumah jiwa

kaukah itu yang menyeru

: amar makruf nahi mungkar


____________________________________________________________________
@ lifespirit 28.12.08/2.7.09


lang•kan n serambi atas tempat meninjau; anjung peranginan; balkon

Pindai Hidup




Pindai Hidup



1#


Pagi itu, di pasar
Seorang wanita menangis
Begitu sedih
Bahkan,teramat sedih!

Perihal wanita itu
Disebelahku, berujar bapak separoh baya

“ Saat hilang sesuatu, apapun itu
Baginya sangat berarti
Wajar
Larut kesedihan”

Namun

Juga kudengar,
lain orang bilang, cengeng!



2#


Pagi ini, di pasar
Lagilagi wanita itu menangis
Begitu sedih
Bahkan,teramat sedih!

Entah kenapa

Angin barat,
berhembus

Airmata,
mengering

Wajah,
berseri

Dan aku,
mencari jawab

“Sudah pada tempatnya kesedihan singgah pun
tidak kuijinkan terlalu lama,
kecuali menawarkan kebaikannya”


Wanita itu berkata dan
Dari dalam bola matanya
Burung ababil* menatapku


AH!
____________________________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit rev. 30 June 2009


Burung ababil*= Di jaman Rasullullah, Allah mengirimkan burung ababil,dengan menggenggam bara panas (demi sesuatu yang besar burung ababil tak segan mengenggam batu neraka! yang panasnya tak terkata ), untuk melawan pasukan gajah.> untuk itulah “ababil” saya pilih sebagai simbolik semangat perjua hidup pada bait akhir sajak ini.